Masjid Nabawi

Masjid Nabawi memiliki sejarah yang panjang. Dimulai dari hanya seluas 1.060 m2 ketika dibangun Rasulullah hingga kini luasnya mencapai 400.327 m2. Seiring dengan pekembangan politik, kota Madinah dan Masjid Nabawi juga telah melewati berbagai masa. Khalifah demi khalifah, sultan demi sultan dan raja demi raja berganti-ganti menguasai kota Madinah. Perluasan Masjid Nabawi tidak dapat terhindarkan dengan terus meningkatnya jumlah umat islam yang berkunjung. Masjid Nabawi saat ini merupakan hasil dari perluasan yang dilakukan oleh Pelayan Dua Tanah Suci, Raja Fahd. Perluasan ini memakan waktu sekitar 10 tahun sejak 1995. Pada tahun 2005, Raja Abdullah bin Abdul Aziz melengkapi Masjid Nabawi dengan 250 payung-payung raksasa yang bisa dututup dan dibuka. Pada tahun 2012, sebuah proyek yang bertujuan untuk menambah daya tampung masjid hingga 2 juta jamaah telah dimulai.

Pada kunjungan saya di tahun 2016, pembangunan baru sedikit terlihat di sisi sebelah timur laut yang berdekatan dengan Baqi. Sampai pada kunjungan saya di tahun 2018 belum banyak perkembangan yang berarti. Hanya saja, pedagang-pedagang yang biasanya memenuhi sisi sebelah barat Masjid sudah direlokasi dan lahan mulai dikosongkan. Sekarang, di akhir 2019 saya melihat sisi bagian barat ini sudah disiapkan untuk perluasan sampai dengan deretan hotel-hotel yang ada di sebelah barat. Belum terbayang bagaimana luasnya Masjid Nabawi nanti.

Mengelilingi Masjid Nabawi membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Panjang keliling terluar Masjid Nabawi adalah sekitar 2,5 kilometer. Dengan kecepatan berjalan 4 kilometer per jam maka kita membutuhkan waktu 36 menit untuk mengelilinginya. Untuk mengelilingi pelataran di sekitar tiga per empat sisi terluar berarti butuh waktu sekitar 27 menit. Saya pernah dengan tidak sengaja mengelilingi Masjid Nabawi dari sisi terluar karena mengikuti petunjuk google maps dengan titik tujuan yang salah. Awalnya saya dan keluarga ingin berkunjung ke pasar kurma setelah salat asar. Perjalanan dimulai dari pelataran utara masjid ke arah pekuburan Baqi dan terus menyusuri jalan yang mengelilingi masjid sampai ke arah tenggara. Sudah hampir sampai ke titik yang ditunjukkan google maps belum juga muncul tanda-tanda pasar kurma. Saya mengulang pencarian dengan kata kunci yang berbeda dan ternyata sekarang titik tujuan adalah di sisi barat daya Masjid Nabawi. Jadilah kami melanjutkan perjalanan dengan menyusuri sisi selatan masjid. Benar saja, pasar kurma yang saya cari-cari memang berada di ujung sisi barat daya masjid. Perjalanan kami sebenarnya lebih singkat kalau melalui sisi barat masjid.

Sebentar saja kami mengunjungi pasar kurma, karena suasananya tidak sesuai dengan yang saya bayangkan. Kami hanya berkeliling sebentar dan melanjutkan pejalanan kembali ke hotel. Namun, karena kaki sudah lumayan lumayan letih berjalan, kami tergoda juga untuk sejenak bersantai di taman sekitar masjid Al-Ghamamah. Di pelataran masjid Al-Ghamamah banyak sekali orang bersantai. Mereka duduk di bangku-bangku sambil memperhatikan ribuan burung merpati memakan biji-bijian yang ditaburkan beberapa pengunjung. Anak saya kemudian sibuk bermain-main mengejar burung. Burung-burung akan bubar terbang untuk kembali lagi hinggap di tempat yang banyak ceceran biji-bijian. Seorang tukang sapu sibuk mengumpulkan biji-bijian agar tidak terlalu berceceran di pelataran. Suara kepakan sayap merpati terdengar jelas sekali ketika mereka mulai terbang. Saya duduk beberapa saat sambil mengumpulkan tenaga untuk melanjutkan perjalanan. Tidak begitu jauh, tampak beberapa masjid-masjid kecil lainnya. Masjid-masjid itu dinamai dengan nama-nama sahabat, seperti masjid Ali bin Abi Talib RA dan Abu Bakar RA. Dinamai demikian karena konon dulunya sahabat-sahabat itu pernah mengimami salat ied di sana.

Waktu sudah diujung senja. Matahari sebentar lagi tenggelam di ufuk barat. Kami melanjutkan perjalanan dengan kembali masuk ke pelataran Masjid Nabawi. Sampai di sekitar pintu 16, kami memutuskan untuk tidak kembali ke hotel karena sepertinya sebentar lagi magrib. Kami duduk-duduk di pelataran masjid menggunakan kursi lipat. Anak saya ingin melihat langsung bagaimana payung-payung raksasa di pelataran masjid ditutup. Payung-payung raksasa di pelataran masjid Nabawi memang dibuka di pagi hari bersamaan dengan terbitnya matahari dan ditutup di ujung sore. Tidak berapa lama kami menunggu, payung-payung di pelataran utara mulai menutup. Diperlukan waktu sekitar 3 menit untuk menutup payung-payung raksasa itu dengan sempurna. Tidak berapa lama berselang, payung-payung di sisi barat juga mulai menutup. Proses buka tutup payung-payung ini dilakukan setiap pagi dan petang. Untuk menunggu payung terbuka kita bisa menunggu sekitar waktu syuruq. Selain ditutup dengan payung-payung raksasa, sebagian area terbuka di dalam masjid ditutup dengan kubah-kubah. Kubah-kubah ini bisa dibuka dan ditutup dengan otomatis.

Selain hal-hal besar seperti berziarah ke makam Nabi SAW dan mengunjungi raudhah, di Masjid Nabawi ini banyak juga hal-hal kecil yang membuat kami senang, seperti menebak-nebak berapa banyak sebenarnya jumlah rak tempat menyimpan alas kaki atau jumlah galon air zam-zam yang tersebar di seluruh area Masid Nabawi.

2019

Comments

Popular posts from this blog

Karya Besar Vincent van Gogh

Yang Muda Berhaji

11 Lagu Wajib Anak Tongkrongan Depan Gang Tahun 90'an