Ichigo Ichiye
Hari ini setengah sesi les bahasa Jepang diisi Manami-san yang memperkenalkan Sado, upacara minum teh ala Jepang. Salah satu tujuan Sado adalah untuk menunjukkan keramahtamahan tuan rumah dalam menyambut tamunya. Manami-san menerangkan semua tentang Sado, dari pengertian, sejarah sampai tata cara minum teh yang sedikit ribet.
Manami-san adalah perempuan Jepang yang nyaris sempurna. Cantik, kulitnya putih bersih, senyumnya menawan dan tutur katanya sopan. Hanya ada satu kekurangannya, dia bukan istri saya. (kalau lucu, silakan tertawa). Manami-san adalah istri seorang peneliti yang sedang meneliti kebakaran hutan dan hanya tinggal di Pekanbaru untuk sementara. Beberapa bulan lagi ia akan kembali ke Jepang. Jika sempat, Manami biasanya mengikuti kelas kam. Bukan belajar bahasa Jepang, tapi sebaliknya, belajar bahasa Indonesia.
Ada yang menarik soal Yukata yang dikenakan Manami-san waktu itu. Manami bercerita kalau perempuan Jepang suka menaruh barang-barang di bagian depan Yukata mereka. Lalu ia mengeluarkan berbagai macam sapu tangan dari balik yukatanya. Katanya, barang-barang seperti lipstik, hp atau dompet juga bisa ditaruh dibalik yukatanya itu. Saya berkomentar, itu mirip Doraemon. Manami lalu berseloroh, walaupun begitu, jangan sampai kelewat kepo juga barang-barang apa saja yang ditaruh perempuan Jepang dibalik yukatanya. Jangan coba-coba mengintip atau penasaran sampai masukin tangan ke balik yukata, bisa ditabok katanya. Saya jadi takut untuk nyoba. Ini mirip perempuan Indonesia yang biasa taruh barang-barang atau uang dibalik kutang atau kembennya.
Di akhir sesi Manami-san menutup sesinya dengan idiom Jepang yang katanya terkenal seantero jagat dan disukai orang Jepang: Ichigo Ichie. Maknanya kira-kira begini: pertemuan ini bisa jadi pertemuan sekali seumur hidup yang nggak bakal terulang, jadi setiap saatnya harus dihargai dan dinikmati. Kalau itu, tanpa mengetahui idiom tadi, saya sudah praktikin sejak tadi. Saya selalu memperhatikan Manami-san dengan seksama.
2018
Comments
Post a Comment