Surau dan Silek II

"Lahir silat mencari kawan, batin silat mencari Tuhan"
Akhirnya kami menonton film Surau dan Silek juga setelah sebelumnya gagal dua kali. Pertama, di malam Senin karena tidak mendapatkan parkiran dan kedua, kemarin karena film itu dipajang dengan rating R di tempat penjualan tiket.
Ada seorang teman yang mengatakan bahwa rating film ini di bioskopnya adalah SU. Lalu saya bersemangat dan mencari tahu sebenarnya apa rating dari film Surau dan Silek. Saya lalu menelpon bioskop dan mendapati petugas yang menerima telpon tidak mengerti soal rating. Saya kemudian membuka website resmi bioskop, nah benar saja ratingnya adalah SU. Berbekal informasi dari website resmi, saya dan anak saya berangkat lagi ke bioskop sepulang kerja. Kami benar-benar pantang menyerah. Kami berharap kemarin kami yang salah baca dan menemukan rating film itu sudah berubah jadi SU.
Dengan harap-harap cemas kami memasuki mal, tiga kali menaiki eskalator dan sampailah kami di pintu bioskop. Sepi. Itu cukup menggembirakan karena kami tidak harus antri. Hal yang tidak terlalu menggembirakan adalah bahwa ratingnya masih tertulis R seperti kemarin. Hadeh, kami bersiap-siap kecewa lagi untuk ketiga kalinya.
Kami mendekati tempat penjualan tiket dan kakak penjaga langsung bertanya, "Berapa tiket Pak?" Saya tidak langsung menjawab dan malah bertanya "Ow sebentar dulu kak, saya mau tanya sebenarnya rating film Surau dan Silek ini R atau SU, saya kemarin ke sini sampai batal nonton gara-gara ratingnya R." Lalu kakak-kakak penjaga tiket yang cantik-cantik itu menjawab dengan tidak begitu yakin dan bilang kalau itu sama saja, semuanya juga boleh nonton. Weits, sejak kapan rating itu sama saja atau nggak ada artinya. Jangan-jangan anak SD juga dibolehin saja nonton film dengan rating D.
Singkat cerita, karena jawaban yang membuat kakak-kakak itu jadi kelihatan tidak lagi terlalu cantik, saya memberikan penjelasan bla bla bla bla macam anggota badan sensor film saja. Setelah bersilat lidah saya tunjukin rating sesungguhnya di website bioskop resmi yang berbeda dengan yang terpampang di konter tiket. Mereka akhirnya mengakui kalau mungkin ada kesalahan setelah seseorang yang kemungkinan manajer bioskop muncul dan mencoba menjelaskan. Saya bilang sebaiknya di cek kembali dan diganti saja, karena beberapa orang kayak saya (atau saya doang ya?) yang menonton bareng anak kecil bakal nggak jadi nonton kalau ratingnya tetap R. Saya lalu membeli dua tiket setelah yakin ratingnya adalah SU seperti informasi dari website resmi.
Sebelum nonton kami pergi makan mie ayam di warung terkenal yang sudah mendapatkan sertifikasi halal MUI walaupun menjual es teler. Setelah salat, kami kembali ke bioskop karena film akan segera dimulai. Begitu masuk kembali ke bioskop, kami senyum-senyum sendiri, ternyata ratingnya sudah dirubah jadi SU. Anak saya bilang kita berhasil memperbaiki sesuatu. Dalam hati saya menjawab iya nak, tapi kamu liat kan kakak-kakak yang cantik itu sempat terbengong-bengong waktu kita nanyain rating yang sebenarnya. Mungkin mereka pikir kita rada aneh.
Soal filmnya, tonton saja sendiri ya. Sangat menghibur. Cerita sederhana berlatarkan lanskap Bukittinggi yang indah ditambah beberapa falsafah hidup yang berharga cukup untuk menjadi beberapa alasan menonton film ini.

May 2, 2017

Comments

Popular posts from this blog

Karya Besar Vincent van Gogh

Yang Muda Berhaji

11 Lagu Wajib Anak Tongkrongan Depan Gang Tahun 90'an