Posts

Showing posts from November, 2017

Minimalist

 Akhir pekan kemarin saya lalui dengan cukup manis. Diawali dengan kunjungan ke perpustakaan daerah dan disudahi dengan pernyataan cinta istri saya melalui ubi jalar goreng dan beberapa gelas air jahe. Saya dan anak sulung saya sepakat untuk mengunjungi perpustakaan daerah di hari Sabtu. Kami hanya pergi berdua. Istri saya lebih suka membaca resep masakan di cookpad dan langsung mempraktekkannya di dapur sementara anak kedua saya cepat sekali merasa bosan. Berkali-kali kenikmatan kami membaca di toko buku terputus dengan berbagai macam alasan. Jadi, untuk menjamin keberlangsungan rencana kami membaca, kami hanya pergi berdua saja. Perpustakaan daerah hanya berjarak sekitar dua puluh menit perjalanan mengendarai sepeda motor dengan santai. Terletak di pusat kota, perpustakaan ini sering menjadi tujuan wisata anak-anak sekolah dari seluruh penjuru Riau. Mereka datang berbondong-bondong menggunakan bus. Sesampainya di sana kami langsung naik lift menuju bagian Fiksi karena anak saya

Meraih dan Merasakan Berkat

Sejak bertugas di Pekanbaru, mengantar anak sekolah adalah hal yang sekarang rutin saya lakukan setiap hari. Hal yang istimewa. Kenapa begitu? Karena saya waktu tinggal di Depok dan ngantor di Jakarta, boro-boro nganterin anak ke sekolah tiap hari, yang ada sebelum anak bangun saya sudah berlari-lari mengejar kereta komuter atau mengarungi kemacetan tol Jagorawi. Solusinya, urusan antar-mengantar anak sekolah ini saya serahkan pada mobil antar jemput sekolah. Sekitar jam setengah tujuh pagi saya mengantar anak saya yang kelas 4 SD ke sekolahnya karena jam masuk sekolahnya adalah jam tujuh pagi. Perjalanan dari kontrakan ke sekolah sekitar sepuluh menit menggunakan honda (saya menggunakan huruf kecil karena di Pekanbaru semua sepeda motor baik yang merek Honda, Yamaha, Suzuki atau yang lainnya disebut honda). Dalam perjalanan singkat itu ada hal yang sangat saya sukai yaitu menemui kabut. Kabut ya, bukan kabut asap. Tidak turun setiap hari, namun jika kebetulan sedang turun kabut, se

Anak Saleh Bapak Saleh

----- Robbigfirli wa liwalidayya warhamhuma kamaa robbayanii shoghiro. Ya Allah ampunilah dosaku serta dosa kedua orang tuaku dan sayangilah mereka seperti mereka menyanyangiku sewaktu kecil. Robbana aatina fiddunya hasanah wa fil akhiroti hasanah wa qinaa adzabannaar. Amin.--- Sejak beberapa minggu lalu, begitu selesai salat, anak kedua saya langsung menuju ke pangkuan saya untuk merapalkan doa-doa di atas sambil mengangkat tangannya. Di awal-awal, pada saat mengucapkan "Robbighfirli.. " sering kali lanjutannya sering tertukar dengan doa duduk diantara dua sujud, "Robbighfirli warhamni" kemudian dia sadar kalau doanya keliru dan memulainya dari awal dengan doa yang benar. Dia tidak akan beranjak sebelum selesai merapalkan doa-doa di atas. Entah jurus apa yang dipakai gurunya di sekolah, anak kedua saya yang tadinya susah sekali diajak salat ke musala sekarang dengan sukarela pergi ke musala. Bahkan dia pernah menangis karena terlewat waktu salat subuh. Sa

GORO

Rebba sipatokkong, mali siparappé, sirui ménré tessirui nok, malilu sipakainge, maingeppi mupaja. Artinya: “rebah saling menegakkan, hanyut saling mendamparkan, saling menarik ke atas dan tidak saling menekan ke bawah, terlupa saling mengingatkan, nanti sadar atau tertolong barulah berhenti." Saya pertama kali membaca pepatah Bugis itu di layar sebuah teks berjalan di Fort Rotterdam, Makassar. Begitu meninggalkan Fort Rotterdam memang saya sama sekali lupa dengan teks pepatah itu, namun saya ingat sedikit artinya. Internet memungkinkan saya menemukan teks pepatah itu, lengkap dengan artinya. Pepatah tersebut baik sekali untuk dibaca dan direnungi maknanya di zaman mulai memudarnya rasa peduli karena semua orang sibuk dengan urusannya sendiri. Termasuk saya. Boro-boro ngurusin orang lain, ngurusin diri sendiri aja udah susah, apalagi berat saya sekarang lebih dari 85 kg.  # eh Saya sebenarnya bukan mau ngebahas pepatah di atas, belum ketemu cerita yang pas. Saya cuma mau c

Sarapan, Makan Siang dan Makan Malam

Hari Minggu pekan kemarin, pagi-pagi saya sudah mendapat tugas penting: membeli sarapan. Anak saya memesan bubur dan batagor Bandung, sedangkan istri saya minta lontong Medan. Wah jauh-jauh bener asal makanannya. Tapi saya OK kan saja karena semua makanan tersebut ada yang jual di sekitaran komplek, tidak perlu beli jauh jauh beli ke kota asalnya. Saya tinggal di salah satu sudut kota Pekanbaru, bukan di pusat kota namun merupakan daerah pemukiman penduduk. Yang pasti, dekat dengan kantor tempat saya bekerja. Karena banyaknya komplek perumahan, beberapa ruas jalan menjadi sangat ramai dan dipenuhi dengan toko-toko yang menyediakan segala macam kebutuhan. Di sekitaran komplek saya, keramaian berpusat di empat ruas jalan yang berujung di simpang Lobak. Nama masin-masing jalannya adalah Delima, Lobak, Melati Indah dan Srikandi. Pekanbaru adalah kota yang majemuk, termasuk dalam urusan kuliner. Di daerah sekitar komplek saya saja, kuliner yang ditawarkan cukup beraneka ragam. Uniknya

Yang Muda Berhaji

Image
Membaca buku Labbaik: Yang Muda Berhaji karya teman saya  Helman Taofani  sungguh sangat mengasyikkan. Kisah perjalanan berhaji digambarkan lewat cerita-cerita yang sarat akan pembelajaran dan perenungan. Hal ini menjadi istimewa karena disampaikan oleh "orang biasa", bukan oleh seseorang yang dikenal sebagai ustad atau kiyai. Haji adalah kewajiban setiap muslim, dengan syarat dan ketentuan berlaku. Hal ini kadang justru membuat sebagian orang menunda-nunda kemampuannya untuk b erhaji dengan segala macam alasan yang bisa dirangkum dalam dua kata: belum siap. Menarik sekali membaca Penulis bercerita bahwa kesiapannya memenuhi panggilan berhaji justru datang beberapa hari sebelum keberangkatan. Di sebuah bagian buku, Penulis bercerita tentang bagaimana dia mendapatkan jawaban dari Tuhan atas berbagai pertanyaan hidup. Tuhan berbicara kepadanya, di rumah-Nya. Saya jadi teringat ketika pertama kali saya melihat Kabah, tubuh saya bergetar, dada bergemuruh, air mata menga

Memahami Syukur

Bagaimana kita memahami syukur? Dalam ringkasan Ihya Ulumuddin karya Imam al-Ghazali disebutkan bahwa syukur adalah menggunakan nikmat pada jalan yang seharusnya. Contohnya, seorang raja yang mengirimkan kuda kepada budaknya agar ia bisa bergegas datang menemuinya. Jika ia menunggangi kuda itu dan bergegas menemui sang raja, berarti ia menggunakan nikmat dengan semestinya. Namun, jika ia menungganginya untuk menjauhi raja, berarti ia bodoh dan mengingkari nikmat. Bagaimana dengan kita, hamba Allah yang bergantung pada nikmat dan karunia-Nya, sudahkah nikmat dan karunia yang Allah berikan membuat kita semakin mendekati-Nya? atau malah menjauhi-Nya? July 28, 2017

Pempek dan Nasihat

Hari Ahad lalu, istri saya bilang kalau dia kangen dengan pempek dan teman-temannya. Saya kangen juga sih. Di Pekanbaru, tempat makan pempek lumayan banyak, tapi beberapa kali kami makan hanya di satu tempat saja: Pempek Tini 628 di jalan Sisimangaraja dekat masjid An-Nur. Karena ingin merasakan yang lain, kali ini kami makan di warung Pempek Wenny di jalan Sumatera. Selain tempatnya lebih dekat daripada Pempek Tini 628, kami juga mempertimbangkan waktu yang sebentar lagi mas uk zuhur. Jam tangan saya sudah menunjukkan pukul 11.00 dan lokasi Pempek Wenny ini dekat masjid Al-Falah, salah satu masjid favorit kami di Pekanbaru. Jadi, begitu kami selesai makan diperkirakan pas masuk waktu zuhur dan bisa bersiap-siap untuk salat. Kami sampai di Pempek Wenny sekitar jam 10.20 dan langsung memesan kapal selam, lenjer, adaan, kulit dan mie celor. Untuk minum saya memesan es teh manis dan istri saya minum air kemasan saja. Sekitar lima belas menit kemudian, pesanan kami datang dan kami l

Kembali ke Bandung

"Dan Bandung bagiku bukan cuma masalah geografis, lebih jauh dari itu melibatkan perasaan, yang bersamaku ketika sunyi" - Pidi Baiq Tulisan yang mengutip Pidi Baiq - saya tidak kenal, tapi sepertinya beliau ini cukup terkenal dan saya sering melihat beberapa novel karangannya di beberapa toko buku besar dan kecil - di atas akan terlihat jika kita berjalan melewati sebuah JPO yang tidak berfungsi di Jalan Asia Afrika, Bandung. Sebelumnya saya berjalan dari hotel Preanger, sebuah hotel tua legendaris yang terletak di ujung jalan Asia Afrika, menuju Masjid Raya Bandung. Sepanjang dua kali perjalanan ke Masjid Raya, saya melewati trotoar Asia Afrika yang lebar, dilengkapi jalur tuna netra, banyak bangku-bangku taman dan sangat bersahabat untuk pejalan kaki. Sejak keluar dari halaman hotel saya disuguhi pemandangan gedung-gedung tua yang masih terpelihara dengan baik. Di sebelah hotel Preanger adalah kantor Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Barat yang di halamannya berdiri tugu

Sabar

Tidak begitu ingat apakah saya menarik rem roda depan dan atau belakang sebelum kucing yang tadi saya lihat berlari dengan kencang menyeberang jalan bersentuhan dengan roda depan motor matik yang saya kendarai. Yang saya ingat adalah kehilangan keseimbangan dan badan saya yang baru saja turun beberapa kg di bulan Ramadan ini - walaupun masih di atas 80 kg - terhempas dengan keras ke atas aspal. Saya benar-benar lupa bagaimana posisi saya jatuh, tapi saya merasakan sesak di dada sebelum kemudian dapat bernapas dengan normal dan berdiri kembali. Sambil menahan sakit karena beberapa bagian tubuh saya terasa perih, saya melihat motor saya terbaring di tengah jalan. Dua orang polisi dan seorang pengendara motor berhenti dan menepikan motor saya yang kelihatannya sehat wal afiat, hanya satu spion lepas dan mungkin lecet-lecet di bagian depan. Dua orang polisi yang masih sangat muda tersebut menawarkan diri untuk mengantarkan saya mencari puskesmas terdekat. Saya yakin sebenarnya kami sa

Sampai Jumpa Ramadan

Sore tadi saya sempat mengobrol dengan istri, dia bilang sedih karena Ramadan tahun ini segera berakhir namun amaliah ibadah berasa masih banyak kekurangan. Saya bilang sedih ditinggal sesuatu yang istimewa boleh-boleh saja, itu tandanya sayang. Namun, ada satu hal yang seharusnya membuat kita lebih sedih sebelas bulan yang akan datang: ketidakistikamahan kita. Di bulan Ramadan, setiap malam kita salat malam, tarawih, bahkan sampai berjamaah sekampung. Masjid terasa sangat se mpit karena jamaah membludak. Setelah Ramadan berlalu akankah masjid-masjid, musala-musala, surau-surau, tajug-tajug akan tetap ramai seperti itu? Di bulan Ramadan, kita sibuk membolak-balik halaman alquran, membacanya, menyelami maknanya, bahkan berlomba-lomba menyelesaikan bacaan alquran sampai habis mengingat berlipat gandanya kebaikan yang akan kita terima. Akankah hati kita akan tetap cenderung kepada Alquran, membacanya, belajar memahaminya, dan mencoba mengamalkannya setelah Ramadan berlalu? Di bula

Bawa-Bawa Agama

Bawa agama ke mana pun kamu pergi. Jangan kamu tinggalkan agamamu di masjid, di musala, di atas sajadah, atau bahkan hanya di KTP. Bawa agamamu ke rumah, niscaya keluargamu tentram. Penghuninya saling menyayangi dan mengasihi. Rumahmu akan penuh dengan cahaya dari Alquran dan salat. Bawa agamamu di lingkunganmu, niscaya kamu bisa menghormati tetanggamu. Kamu akan selalu menghiasi wajahmu dengan senyum, melebihkan kuah dalam masakanmu dan membaginya dengan tetanggamu. Kamu aka n membuat tetanggamu aman hidup berdampingan denganmu. Bawa agamamu ke jalan, niscaya kamu akan selamat sampai tujuan. Kamu akan malu menerobos lampu merah, malu menyerobot antrian, malu menaikkan kendaraan di trotoar, malu menerobos jalur busway. Kamu akan menghormati hak-hak pengguna jalan yang lain seperti kamu ingin dihormati. Bawa agamamu ke pasar, niscaya kamu akan jadi pedagang yang jujur dan tidak mengurangi timbangan. Kamu juga akan menjadi pembeli yang bijak, jauh dari sifat konsumtif. Kamu

Mencari Persamaan

Pagi hari tadi sebelum pergi bekerja saya sempat sedikit termenung dan ketahuan istri saya. Istri saya bertanya, "Ada apa?" Saya bilang, "Nggak ada apa-apa." Lalu istri saya tanya lagi, "Ada apa?" Saya jawab sekenanya saja, "Mikirin umat". Setelah itu saya ngeloyor pergi mandi. Sebelumnya, menjelang shalat subuh saya bangun dan keingetan satu ayat. Ayat ini seharusnya sering-sering dibaca oleh umat Islam. Ayat ini menyerukan persatuan. Saya lalu mencari-cari ayat itu di aplik asi Alquran di HP saya. Ketemu. Ini ayatnya: Keluarga Imran (Āli `Imrān):103 - Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Al

Surau dan Silek II

"Lahir silat mencari kawan, batin silat mencari Tuhan" Akhirnya kami menonton film Surau dan Silek juga setelah sebelumnya gagal dua kali. Pertama, di malam Senin karena tidak mendapatkan parkiran dan kedua, kemarin karena film itu dipajang dengan rating R di tempat penjualan tiket. Ada seorang teman yang mengatakan bahwa rating film ini di bioskopnya adalah SU. Lalu saya bersemangat dan mencari tahu sebenarnya apa rating dari film Surau dan Silek. Saya lalu menelpon bioskop dan mendapati petugas yang menerima telpon tidak mengerti soal rating. Saya kemudian membuka website resmi bioskop, nah benar saja ratingnya adalah SU. Berbekal informasi dari website resmi, saya dan anak saya berangkat lagi ke bioskop sepulang kerja. Kami benar-benar pantang menyerah. Kami berharap kemarin kami yang salah baca dan menemukan rating film itu sudah berubah jadi SU. Dengan harap-harap cemas kami memasuki mal, tiga kali menaiki eskalator dan sampailah kami di pintu bioskop. Sepi. Itu c

Surau dan Silek

Image
Setelah lama ingin menonton film Surau dan Silek, hari minggu lalu anak saya melihat jadwal bioskop di koran dan mendapati film ini sudah main di Pekanbaru. Sesuai janji, kemarin kami berdua pergi ke Bioskop untuk menonton. Sampai di bioskop kami langsung menuju tempat penjualan tiket dan melihat antrian yang sangat panjang. Bersamaan juga diputar film Guardian of the Galaxy 2 dan Fast and Furious 8. Saya melihat banyak orang tua bersama anak-anak kecilnya juga ikut mengantr i. Saya tidak tahu mereka ngantri film apa. Belum habis kebingungan mau ikut ngantri atau tidak, anak saya yang masih kelas 3 SD itu menunjuk pada daftar film yang diputar di atas tempat penjualan tiket dan bilang kalau film Surau dan Silek itu ratingnya R (Remaja 13+). Semula saya kira film ini ratingnya SU. Saya lalu tanya apa masih ingin menonton film itu. Dia tampak ragu-ragu dan kemudian memutuskan untuk tidak menonton. Sesaat sebelum kami keluar dia tanya kenapa banyak anak-anak di sana sedangkan film

Menuai Rindu Madinah

Image
Foto di atas saya ambil seusai shalat Jumat kemarin siang dari tangga menuju rooftop Masjid Nabawi di kota Madinah. Saya hanya kebagia shalat Jumat di rooftop karena bagian dalam masjid sudah penuh. Setengah jam sebelumnya dengan penuh suka cita saya sampai di Madinah dengan damai dan sentausa, walaupun tidak bisa memungkiri penat yang meliputi raga karena belum menemukan kasur sejak sekitar 30 jam yang lalu. Tahun ini saya berumroh dengan menggunakan tour dari Pekanbaru   dengan rencana perjalanan transit di Kolombo, Sri Lanka. Sesuai kehendak Allah, Pesawat dari Pekanbaru tidak mendarat di Kolombo, melainkan di bandara Mattala Rajapaksa International Airport. Bandara baru yang sejatinya adalah untuk mengurangi kepadatan Bandara Internasional Bandaranaike di Kolombo. Hal serunya adalah Bandara Internasional Bandaranaike di Kolombo adalah sekitar 5 jam perjalanan darat dari bandara ini dan dimulailah tour tak terduga, bonus tur Sri Lanka. Perjalanan darat menuju K

Hiduplah Sesukamu

Fulan, L, 37, Pekanbaru. PNS. Bekerja di kantor dari 7.30 sampai 17.00. Suka sekali memperhatikan bulan. Bukan bulan di langit karena takut menjadi dua seperti di novel 1Q84, tapi bulan di kalender. Baginya, ganti bulan berarti gajian. Fulanah, P, 30, Jakarta. Pegawai Swasta. Jam kerja tidak teratur. Sering berpergian ke luar negeri. Sangat suka memasak, sayang sekali kadang tidak punya waktu. Suka sekali siomay. Fulan, L, 40, Tangerang. Tidak punya pekerjaan tetap namun hati nya selalu riang. Tanah warisan di mana-mana. Tidak tertarik untuk berkeluarga. Pecinta dan penyayang anjing. Sangat marah jika ada orang yang bertanya kapan kawin. Fulan, L, 36, Depok. Pekerja kantoran. Hobi menulis namun tidak suka membaca. Akhir-akhir ini selalu merasa hanya dia dan teman-teman yang me-like postingannya saja yang benar dan pintar, yang lain ya sebaliknya. Lebih suka makan kue cucur daripada donat. Fulanah, P, 30, Jakarta. Karyawati. Pecinta segala sesuatu tentang Korea. Baginya ti

Kehidupan, Kematian, Kehidupan Setelah Kematian

I had a false belief I thought I came here to stay We're all just visiting All just breaking like waves - Push Me Pull Me, Pearl Jam. Beberapa hari ini saya kepikiran beberapa hal. Tentang kehidupan, tentang kematian, dan tentang kehidupan setelah kematian. Pertama, tentang kehidupan di dunia ini. Saya diberitahu bahwa ternyata kita memang tidak akan hidup selamanya. Faktanya, kita tidak diberitahu berapa lama lagi kita akan hidup. Sehingga berapa bagian kehidupan yang telah kita lalui atau berapa lama lagi bagian yang akan kita jalani menjadi pertanyaan yang sulit dijawab. Untuk lebih memahami hidup, sekali-kali ajukanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini kepada diri kita masing-masing: mengapa kita hidup? Untuk apa kita hidup? Apa kita benar-benar hidup? Kalau tidak juga menemukan jawabanya, maka bertanyalah kepada ahlinya. Kedua, tentang kematian. Setiap diri kita pasti akan menemuinya. Mau tidak mau, suka atau tidak suka. Kematian menjadi penanda bahwa kehidup

Kaligrafi

Image
Al-Quran 68:4 yang artinya "Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung Lama tidak menulis kaligrafi. Sore ini saya coba menulis lagi dengan pena sebuah spidol permanen yang ujungnya saya bentuk dengan pisau. Kenapa saya dadakan menulis kaligrafi lagi? Begini ceritanya. Sore tadi menjelang magrib, setelah kami sekeluarga makan di sebuah restoran piza ala Amerika (saya mengecek KBBI untuk ejaan yang tepat bagi kata "pizza"), kami mampir di sebuah toko yang terpaut hanya satu tok0 dari restoran itu. Nama toko bukunya Zanafa. Sore itu adalah kali kedua saya mengunjungi toko buku Zanafa. Lumayan, suasananya agak beda dari toko buku Gramedia. Jadi, selain menjual buku-buku yang sebagian besar juga dijual di Gramedia, toko buku ini juga menjual buku-buku klasik yang biasa dipakai di pesantren-pesantren dan madrasah diniyah. Beberapa contoh bukunya adalah buku Akhlaq Lil Banin (Budi Pekerti Untuk Anak-anak) dan kitab adab pelajar yang sangat t