Antum Sufi

Semasa tiga tahun kuliah di Prodip Pajak dari tahun 1997-2000 saya hanya ngekost di satu tempat saja. Saya ini boleh disebut sebagai contoh cowok setia untuk masalah kost. Kost saya terletak di ujung kampung Kalimongso hampir berbatasan dengan Pondok Jurang Mangu Indah atau biasa disingkat PJMI. Saya kost bersama teman-teman Prodip STAN lain yang berbeda-beda tingkat dan uang saku bulanannya. Kost kami sebenarnya tidak punya nama, tapi karena nomor rumah kost kami adalah 57B maka kami menyebut kost kami Kalimongso 57B. Mungkin karena lebih sedikit besar dari kost depan kami yang bernomor 57A. Hahaha.
Kost saya adalah kepunyaan Ibu Haji (saya lupa namanya) yang tinggal di Ciledug. Ibu Haji ini cuman sekali-kali saja datang ke kost, biasanya untuk mengecek keadaan kost. Lama-kelamaan setelah tahu ada anak kost yang sudah kerja dan belum juga menikah, ibu kost tidak lagi sering mengunjungi kami. Beliau malah sering mengutus anak perempuannya yang bernama Mawar (bukan nama sebenarnya) untuk urusan kost. Tapi rupanya teman kami itu kurang sensitif untuk menangkap maksud ibu kost yang tersirat. Payah!
Well, yang mau saya ceritakan sebenarnya adalah kekompakan kami dalam mencari hiburan. Salah satu hiburan kami adalah menyewa film-film dari tempat rental VCD sekaligus dengan pemutarnya. Player VCD pada saat itu masih lumayan mahal untuk ukuran anak kost yang selalu menunggu kiriman dari orang tua di kampung. Ditambah lagi belum begitu maraknya kaset bajakan. Jadi lebih ekonomis kalau kami patungan untuk menyewa dan menonton bersama. Dengan menyewa VCD player, kami boleh memilih beberapa film sebagai bonusnya. Dalam satu hari itu kami melakukan movie marathon.
Karena VCD yang diputar tidak semuanya aman bagi anak-anak, kami menutup pintu, jendela dan hordeng rapat-rapat. Ngerinya ada anak tetangga yang nyelonong masuk. Pokoknya kosan kami jadi mirip kosan yang sedang tidak berpenghuni ketika sedang dilakukan pemutaran film. Sebenarnya sih malah menimbulkan kecurigaan karena sandal-sandal kami masih lengkap berbaris di depan pintu.
Pada saat itu juga sedang musim kunjungan dari saudara-saudara kami dari masjid kampus bertamu ke kost-kost disekitar kampus untuk sekedar memberi ceramah singkat yang disebut kuliah tujuh menit (Kultum) yang biasanya berisi ajakan kebaikan seperti shalat berjamaah dan nasihat lainnya. Teman-teman kami ini biasanya kami sebut Antum, kami sebut begitu karena biasanya mereka memakai kata antum (orang ke 2 banyak dalam bahasa arab) untuk menyebut kamu.
Singkat cerita, ketika kami sedang menonton serius, tiba-tiba terdengar ketukan di pintu. Sontak saja mengagetkan kami yang sedang serius dan berkonsentrasi. Salah seorang dari kami mengintip keluar dan ketika tahu teman-teman dari masjid yang datang, semuanya bubar ke kamar masing-masing. Tinggal saja satu orang yang benar-benar punya nyali yang berani menghadapi rombongan dakwah ini, tentu saja setelah mematikan VCD player dan mengganti ke channel TV yang normal.
Apa yang dilakukan teman-teman masjid itu sebenarnya? Mereka membawa nasihat yang baik, yang belum shalat diajak shalat, yang belum ke masjid diajak ke masjid. Mereka berbaik hati mendatangi kita, tanpa perlu susah-susah kita mendatangi mereka. Begitulah kami dulu, diajak baik saja susahnya minta ampun. Dengan bercanda kami menjuluki kami sendiri Antum Sufi (Anti Kultum Suka Film). Ada-ada saja.
Kalau sekarang, masyaaAllah saya melihat mantan teman-teman satu kost saya semua sudah pada soleh, tidak perlu didatangi orang alim dan dinasihati, mereka malah mendatangi sendiri orang-orang alim dan majlis ilmu. Sungguh luar biasa. Kalo saya sih masih belajar jadi soleh, masih sering bikin orang baca status yang panjang-panjang.

December 21, 2016

Comments

Popular posts from this blog

Karya Besar Vincent van Gogh

Yang Muda Berhaji

11 Lagu Wajib Anak Tongkrongan Depan Gang Tahun 90'an