Mati Lampu
Setelah tinggal di Pekanbaru sekitar tujuh pekan ini, ada satu hal yang bisa dibilang layak untuk diantisipasi yaitu terputusnya aliran listrik PLN atau kita biasa sebut mati lampu (selanjutnya saya akan menggunakan istilah ini). Saya mendapati mati lampu ini sejak hari pertama saya menempati kamar kost. Agak mengherankan juga karena saat itu adalah tengah hari dengan cuaca cerah. Di Depok, mati lampu biasanya disebabkan karena gangguan peralatan yang diakibatkan oleh hujan deras dan petir.
Dalam tujuh pekan itu, setiap pekan ada saja jatah mati lampu. Karena kamar yang kecil dan tidak berfungsinya pendingin ruangan maka mati lampu ini cukup membuat mati gaya. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, kamar berubah menjadi ruang sauna. Saya dan teman-teman kost biasanya berkumpul di luar kamar untuk mengobrol sambil menunggu lampu nyala kembali. Kalau kami cukup iseng, kami pergi mencari minimarket terdekat untuk sekedar ngadem dan meramaikan minimarket dengan mencandai kasir yang sedang bertugas.
Saat ini saya sedang menulis kembali tulisan yang hampir selesai tadi pada saat mati lampu karena handphone mendadak mati padahal indikator baterai masih menunjukan angka 3%. Tulisan saya hanya sebagian tersimpan sekitar dua paragraf di atas.
Saya ingat apa yang saya tulis pada saat baterai masih 6%. Saya menuliskan bahwa saya harus menyelesaikan tulisan dengan cepat dan sebaik-baiknya sebelum baterai habis. Saya bercerita tentang sebuah iklan handphone dengan baterai yang lebih tahan lama yang sering muncul di Youtube sebelum video yang kita ingin tonton diputar. Dalam iklan tersebut ada seorang rapper yang sedang berbelanja bahan makanan di toko kelontong dan sedang berbicara dengan sesorang di telepon, dia menyebutkan bahan-bahan yang tersedia dengan cepat sekali karena tahu kalau baterai handphone-nya sudah kritis. Namun sebelum dia selesai, handphone-nya ternyata sudah mati.
Tidak seperti handphone yang mempunyai indikator sisa prosentase baterai, hidup tidak mempunyai fitur seperti itu. Mustahil bagi kita untuk mengetahui berapa sisa waktu yang kita miliki dalam kehidupan ini. Jika kita masih bernafas, itu artinya kita masih diberi waktu. Untuk itu, jika kita mempunyai hal-hal baik yang ingin kita katakan atau lakukan, lakukanlah segera, tidak seharusnya kita menunda-nunda. Jangan sampai kita kehabisan baterai.
Kita juga tidak seperti handphone yang bisa dinyalakan kembali setelah kembali di-charge. Sekali kita kehabisan baterai kita tidak akan kembali lagi ke dunia yang sama untuk mengatakan dan melakukan kebaikan, mencintai orang-orang yang kita cintai dan menuliskan cerita-cerita baik. Kita akan dihidupkan kembali namun di dunia yang berbeda dan mendapati tiada lagi kesempatan untuk berbuat baik dan tertutupnya pintu maaf.
Ketahuilah bahwa kebaikan bisa menghapus keburukan. Cukuplah keburukan yang kita telah tulis pada catatan kehidupan kita. Mulailah menulis cerita-cerita kebaikan sebelum kita kehabisan baterai. Semoga kita selalu dibimbing dan ditunjukan jalan yang lurus.
May 24, 2016
Comments
Post a Comment