Manusia Beruntung
Sekitar dua bulan yang lalu saya dan sekitar 1.500 pegawai lain di instansi tempat saya bekerja menerima surat keputusan pemindahan tugas. 1.500 orang lebih? ya benar, 1.500 orang lebih yang disebar ke berbagai penjuru Nusantara.
Seorang teman saya sangat senang sekali karena dipindahtugaskan sesuai dengan harapannya, kota di mana keluarganya berada. Sudah beberapa tahun ini dia selalu menantikan untuk dapat dekat dengan keluarganya setiap hari karena sebelumnya dia hanya bisa mengunjungi keluarganya sebulan dua kali.
Bertugas di kota berbeda dengan kota tempat tinggal apalagi berbeda pulau membuat kami memikirkan hal-hal seperti apakah keluarga ikut serta atau tidak, harus berjauhan dengan keluarga jika keluarga tidak ikut serta, bertambahnya kebutuhan untuk membeli tiket pulang, harus membayar uang kost, menyediakan uang makan dan kebutuhan lainnya dobel, harus menyiapkan tempat tinggal dan sekolah baru jika keluarga ikut pindah.
Ketika sampai di kantor yang baru di Pekanbaru, saya mendapati teman-teman yang sudah lebih dulu ditempatkan di sana. Beberapa dari mereka sudah beberapa tahun ini dengan rutin mengejar pesawat pada Jumat sore untuk sekedar pulang menemui keluarga mereka di akhir pekan dan sudah harus kembali berada di bandara hari minggu atau senin dinihari untuk kembali bertugas. Saya bisa membayangkan mereka harus pergi lagi bahkan sebelum lelah mereka hilang.
Beberapa hari yang lalu saya bertemu dengan kawan satu angkatan yang sedang bertugas di Pekanbaru. Tempat tugasnya sekarang adalah sekitar 4 jam dari Bukittinggi. Untuk ke bandara terdekat paling tidak diperlukan waktu sekitar 6 jam perjalanan darat. Mendengar ceritanya, saya memang seharusnya lebih banyak bersyukur karena untuk ke bandara saya hanya butuh waktu sekitar 20 menit saja dari kantor.
Saya sendiri akan membawa serta istri dan anak-anak pindah. Beberapa hari ini saya sibuk mencari kontrakan dan sekolah untuk anak saya. Bagi saya, berada dekat dengan orang-orang yang tercinta adalah anugerah. Saya membawa serta mereka karena saya ingin merasakan anugerah itu setiap hari di kehidupan saya yang singkat ini. Tidak ada yang bisa menggantikan pelukan hangat dan senyuman mereka. Saya sungguh merasa sangat beruntung karena sampai saat ini saya masih bisa merasakan anugerah itu.
Tuhan memberi manusia nikmat untuk disyukuri dan cobaan untuk dihadapi dengan sabar. Maka, selagi sempat, jadilah manusia yang beruntung, yaitu yang bisa saling membantu dalam kebaikan dan kesabaran.
May 18, 2016
Comments
Post a Comment