Ibadah Aji Mumpung

Beribadah di Masjid Nabawi atau disebut juga Al Haram di Madinah itu enak banget. Masjidnya besar, udah gitu bersih banget, karpetnya wangi, jamaahnya rame, keamanan ok, kalau haus minumnya air zamzam, imamnya shalatnya bersuara merdu, bacaannya tidak terlalu panjang, nggak terlalu pendek juga. Pokoknya suasananya mendukung lah. Tiap waktu shalat selalu pengen dateng sebelum adzan. Udah gitu katanya pahala shalatnya 1.000 kali lipat shalat di mana-mana lho.

Apalagi ibadah di Masjid Al Haram Makkah, selain fasilitas nggak jauh beda kayak di Al Haram Madinah di atas, kita juga bisa lihat langsung Ka'bah, bisa thawaf ngelilingin Ka'bah, ibadah yang nggak kita bisa kita kerjain di mana-mana lagi selain di sana. Udah gitu tahu nggak sih kamu pahala shalat di Masjid Al Haram Makkah? 100.000 kali lipat! What? Iya, 100.000 kali lipat.

Kalo gitu, enakan tinggal di Makkah atau di Madinah dong, sholatnya pahalanya banyak. Ya kalo dibilang enak si ya enak. Tapi percaya nggak sih, segitu gedenya iming-iming pahala shalat di kedua Masjid Al-Haram itu ada aja orang yang nggak shalat di masjid, mereka shalat di emperan toko, di trotoar atau malah shalat di rumahnya masing-masing aja.

Bagi jamaah umroh kayak saya yang cuma di Madinah atau Makkah cuma 3 atau 4 hari aja, shalat di kedua Masjid itu kudu banget, mayan buat ngurangin stok dosa. Level kesholehan jamaah selama di Madinah atau Makkah mustinya si meningkat drastis ya. Haha. Shalat tepat waktu, adzan belum kedengeran aja udah pada nangkring di masjid padahal biasanya muadzin udah tereak-tereak lewat toa masjid dari segala penjuru aja masih sibuk sama urusan yang nggak jelas. Udah gitu nih ya, hati mendadak jadi lembut dan sensitif, baru denger imam baca takbir aja air mata dah meleber kemana-mana. Apalagi liat Ka’bah, bukan cuma air mata yang meleber kemana-mana, badan rasanya gemeter abis. Yang lebih keren lagi nih ya, tiap kelar shalat fardhu duit Real (Real coy..., bukan duit receh gopean) udah bejubel di saku gamis (walupun cuma satu Real-an), tiap ketemu tukang sapu masjid dikasih, udah kaya bos aja. Bagi bagi duit. 

Wajar nggak sih mendadak sholeh kayak gitu? ya wajar aja. Tempat mendukung, sarana mendukung, iming-iming pahala juga luar biasa. Well, banyak juga emang yang aji mumpung, tapi ya itu wajar aja si. Aji mumpung dalam berbuat baik nggak dilarang kok. Buat saya ada hal yang lebih penting sebenernya: Istiqomah. Boleh deh ditanya sama para orang ‘alim pentingnya istiqomah ini. Istiqomah dalam kebaikan ini boleh jadi salah satu indikator sukses atau diterimanya ibadah-ibadah kita di tanah suci. Jangan deh sampe level kesholehan itu menurun. Begitu sampai tanah air berusaha sekuat tenaga kebiasaan-kebiasaan mendadak baik di tanah Haram itu kebawa-bawa juga. Nggak pernah ketinggalan shalat jamaah di masjid, baca Al-Quran sering-sering, berusaha banget untuk shalat khusyu, sedekah lancar, hati yang terbuka sama nasihat dan sensitif sama penderitaan sesama serta kebaikan-kebaikan lainnya berusaha terus kita lakukan sehingga kebaikan-kebaikan itu manfaatnya bisa dirasakan pribadi juga kepada orang-orang disekitar kita.

Dari Abu ‘Amr –ada juga yang menyebutnya- Abu Amrah Sufyan bin Abdullah Ats Tsaqafi radhiyallahu’anhu. Dia berkata: Aku berkata: “Wahai Rasulullah, katakanlah kepadaku tentang Islam suatu perkataan yang aku tidak akan bertanya tentang hal itu kepada seorang pun selainmu”. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Katakanlah, aku beriman kepada Allah, kemudian istiqamahlah.” (HR. Muslim)

Comments

Popular posts from this blog

Karya Besar Vincent van Gogh

Yang Muda Berhaji

11 Lagu Wajib Anak Tongkrongan Depan Gang Tahun 90'an