Iman dan Amal Saleh
Dua anak saya lahir di bulan Januari, itu artinya kemungkinan proses produksi terjadi sekitar 9 bulan sebelumnya atau kisaran bulan Mei. Mei adalah bulan kelahiran saya. Apa hubungannya? Ya nggak ada.
Apakah kedua anak saya lahir begitu saja? Tentu tidak. Keduanya lahir dari proses yang sangat panjang. Semuanya berawal dari keyakinan bahwa wanita yang sekarang menjadi istri saya memang benar-benar jodoh saya. Keyakinan itu lalu saya buktikan dengan melamarnya dan mengucapkan kata-kata akad nikah dihadapan wali, petugas KUA, tetangga-tetangga dan saudara-saudara. Saya pun kemudian membacakan janji-janji untuk memperlakukan istri saya dengan baik, memenuhi hak-haknya, melaksanakan kewajiban-kewajiban saya sebagai suami dan membina keluarga yang diridhai Allah. Dari hati, diperkuat dengan ucapan dan dibuktikan dengan perbuatan.
Kalau kita perhatikan, Al-Quran banyak menyebutkan janji-janji balasan berupa surga bagi orang yang beriman dan beramal saleh. Iya, beriman dan beramal saleh yang hampir selalu ditulis berurutan.
Senin malam kemarin, selesai saya dan keluarga belajar membaca Al-Quran, saya sempat bertanya kepada guru yang mengajar kami mengaji. Kenapa iman dan amal saleh selalu digandeng? Jawabannya sederhana saja, dia memberi contoh hubungan saya dengan istri saya tentu tidak hanya sebatas perasaan dalam hati dan ucapan di bibir saja tapi dibuktikan dengan pernikahan dan membina rumah tangga. Dia bilang iman juga begitu, keyakinan dan ucapan itu bukan apa-apa kalau tidak diikuti dengan perbuatan nyata yang baik, amal saleh.
Sebelumnya, di pagi hari, di atas KRL dalam perjalanan saya ke tempat kerja saya sempat membaca status seorang kawan yang isinya adalah kutipan curahan hati seorang ibu yang anaknya pergi meninggalkannya setelah diduga bergabung dengan sebuah organisasi. Saya merasakan kerinduan yang teramat sangat dari sang ibu. Kerinduan yang tidak akan mudah hilang seperti bekas luka bedah sesar di perutnya. Dia juga pagi itu mengutip kesaksian adik seorang pelaku teror di Thamrin yang mengatakan bahwa kakaknya itu orang baik, orang yang bertanggung jawab dan dikagumi dalam keluarga.
Kedua kutipan itu sedikit membuat saya merinding beberapa saat. Yang membuat saya merinding adalah ketidakmampuan saya memahami apa yang ada di benak mereka, kemampuan mereka untuk meninggalkan orang-orang yang dicintai dan mencintai mereka entah untuk apa. Untuk hal-hal yang saya tidak mengerti juga.
Ada yang bilang mereka mencari surga. Kalau begitu mungkin surga mereka berbeda dengan surga yang saya mengerti. Surga yang saya tahu adalah tempat kembali yang pantas dirindukan oleh siapa saja tapi bukan untuk orang-orang egois.
Surga yang saya tahu adalah tempat kembali yang dijanjikan Allah kepada orang-orang yang peduli terhadap orang lain, kepada orang yang menebarkan kedamaian dan salam kepada umat manusia, kepada penyantun anak-anak yatim, kepada orang yang memberi makan fakir miskin, kepada orang yang menghormati tamunya, kepada orang-orang yang memuliakan tetangganya, kepada orang-orang yang memberikan rasa aman bagi tetangganya dari perbuatannya, kepada orang-orang yang menyambungkan hubungan kekerabatan dan kepada orang-orang yang melakukan kebaikan-kebaikan lainnya.
“Dan dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal saleh ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dengan seizin Tuhan mereka. Ucapan penghormatan mereka dalam surga itu ialah “salaam””(QS: Ibrahim: 23)
Januari 20, 2016
Comments
Post a Comment