Meneladani Rasulullah
Adakah teladan yang lebih baik dari teladan Rasulullah?
Saya terus terang belum begitu mengenal Nabi Muhammad SAW. Saya hanya sedikit mengenal beliau dari sebuah buku biografi dan beberapa hadist yang saya baca dari kitab dan buku hadist populer. Itupun rasanya masih banyak yang tidak saya baca dari pada yang saya baca.
Di kota kelahiran saya, Cirebon, sering diadakan acara yang biasanya disebut "marhabanan". Mengapa disebut begitu? karena memang sepanjang acara banyak kata-kata "marhaban". Acara itu sebenarnya adalah acara pembacaan kitab sastra tentang biografi Rasulullah yang dikarang oleh Syekh Ja'far al Barjanzi. Biasanya, al-Barjanzi dibaca secara bergiliran dan di beberapa bagian syair yang isinya ucapan selamat datang dan juga kerinduan kepada Beliau dibaca secara bersamaan. Beberapa kalimat dalam kitab ini memang hiperbolik, berisi ungkapan perasaan seseorang kepada kekasihnya semacam syair lagu P.Ramlee yang berjudul Engkau Laksana Bulan. Saya senang-senang saja dengan acara seperti ini, soalnya setelah itu biasanya ada makan-makan.
Dengan penuh perjuangan, saya pernah selesai membaca buku biografi Rasulullah berjudul Muhammad karangan Haikal Muhammad yang terjemahannya sekonyong-konyong muncul di depan saya ketika saya sedang mencari-cari mushaf yang pas untuk istri saya di sebuah toko buku besar. Saya sudah mendengar buku ini sejak lama namun baru bisa membacanya baru-baru ini. Karena sedikit tebal, saya butuh waktu berbulan-bulan untuk menyelesaikan buku itu. Maklum saya ini semacam slow reader.
Walaupun mungkin bukan buku biografi Rasulullah terbaik, buku itu mampu bercerita dengan baik. Kata demi kata yang ditulis di dalamnya seperti membentangkan layar kehidupan Rasulullah di depan mata kita. Saya sempat "brebes mili" seperti pada saat saya nonton film Korea yang romantis di beberapa bagian yang menggambarkan perjuangan beliau. Puncaknya adalah ketika diceritakan saat-saat penghujung kehidupan beliau, segala rasa mengharu biru bercampur menjadi satu.
Biasanya, orang yang mencintai seseorang itu senang kepada apa yang disukai oleh orang yang dicintainya. Walaupun tidak begitu suka, kadang-kadang ya ikut-ikutan suka saja karena ingin bersama dan menyenangkan orang yang dicintainya. Contohnya, istri saya dulu tidak terlalu suka jengkol dan pete, namun karena saya suka dan saya sering minta semur jengkol dan pete akhirnya istri saya lama kelamaan suka jengkol dan pete juga. Malah terakhir istri saya masak jengkol, saya hanya disisakan beberapa buah saja.
Lupakan soal jengkol, yang saya mau katakan adalah: mengikuti teladan Nabiullah itu terkadang memang berat karena seorang pencontoh tidak mungkin melampaui role modelnya. Namun jangan dilupakan bahwa Rasulullah itu sama-sama manusia juga, yang membedakan itu taqwanya yang sangat super. Maksud saya, segala yang dicontohkan oleh Rasulullah itu pasti sangat manusiawi dan kita punya peluang yang besar untuk bisa mengikuti teladan Beliau.
Yang diperlukan adalah kemauan untuk senantiasa belajar, membuka diri, menguatkan tekad dan meyakini bahwa mengerjakan dan mengikuti apa-apa yang dicontohkan oleh Rasulullah itu adalah cara untuk mencapai ridha Allah SWT.
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." - (Al-Aĥzāb:21)
Desember 12, 2015
Comments
Post a Comment