Old Boy
Sesekali cobalah tonton sebuah film Korea rilisan tahun 2003 yang disutradarai oleh Park Chan Wook dan dibintangi oleh Choi Min-sik yang berjudul Old Boy. Saya dulu diberi kenang-kenangan DVD-nya oleh tuan Eric Sasono, seorang kritikus film peraih piala citra pada Festival Film Indonesia tahun 2006.
Cerita film ini diawali dengan diculiknya Oh Dae Su (Choi Min Sik) oleh sekelompok orang yang kemudian mengurungnya dalam sebuah kamar. Dae Su tidak diberikan kesempatan untuk melakukan kontak dengan siapa pun dan tidak diberitahu apa kesalahannya sampai dia diculik dan dikurung.
Lima belas tahun berlalu, Dae Su akhirnya dibebaskan begitu saja tanpa mengetahui alasan dia diculik dan dikurung. Walaupun sudah dilepaskan, Dae Su ternyata masih diawasi dan dikendalikan oleh penculiknya. Hidupnya diarahkan sedemikian rupa oleh penculiknya sehingga Dae Su merasakan tragedi yang dia rasakan. Setelah menyadari apa yang terjadi, Dae Su akhirnya berusaha keras untuk mencari tahu alasan mengapa dia diculik dan dikurung.
Setelah mempelajari banyak hal dan mencari, Dae Su menemukan tempat di mana selama ini dia dikurung. Melalui penjaga rumah kurung pribadi sewaan si penculik yang dia rontokkan lima belas buah giginya menggunakan sebuah martil, Dae Su menemukan rekaman percakapan penjaga tersebut dengan penculiknya yang menyebutkan bahwa dia diculik dan dikurung hanya karena “terlalu banyak bicara”. Apa perkataan atau perbuatan Dae Su yang berhubungan dengan lisan yang membuat penculiknya begitu dendam dan tega menculik dan mengurungnya selama 15 tahun? tonton saja sendiri film nya.
Saya sudah beberapa kali menonton film ini. Selain berisi adegan-adegan di dalam kamar kurungan yang ngeri di awal-awal film dan banyak adegan yang membuat ngilu ulu hati, film ini menyimpan pesan bagi saya pribadi yang terkadang terlalu banyak bicara, banyak mebicarakan hal-hal yang sia-sia, tidak banyak berfikir dulu sebelum berbicara dan kadang terlibat dalam perdebatan yang tidak berguna. Sebuah pesan yang sangat tepat untuk saya yang masih lemah dalam mengendalikan lisan. Pesannya adalah: ucapanmu yang mungkin terdengar atau terasa baik-baik saja untukmu belum tentu terdengar atau terasa baik-baik bagi orang lain, maka dari itu, jaga dan periharalah lisanmu.
Betapa pentingnya menjaga lisan ini sehingga banyak sekali perkataan alim dan ahli hikmah yang memperingatkan kita untuk menjaga lisan. Salah satunya adalah sebuah pepatah Arab yang berbunyi: “Salamatul insan fi hifzhil lisan” yang artinya adalah keselamatan manusia itu sangat tergantung pada bagaimana dia memelihara lisannya.
Dari ‘Uqbah bin ‘Aamir, dia berkata, “Aku bertanya, wahai Rasulallah, apakah sebab keselamatan?” Beliau menjawab, “Kuasailah lidahmu, hendaklah rumahmu luas bagimu, dan tangisilah kesalahanmu”. (H.R. Tirmidzi, no.2406)
Diriwayatkan dalam shahih Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam."
November 3, 2015
Comments
Post a Comment