Alarm Masjid
Tadi pagi, saya bangun agak kesiangan. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 5 pagi. Seharusnya saya minimal bangun jam 4.30 pagi untuk bisa bersiap-siap menuju masjid melaksanakan shalat shubuh.
Biasanya saya mengandalkan alarm HP untuk membangunkan. Saya juga bingung kenapa saya tidak mendengar deringan alarm HP saya tadi pagi. Mungkin karena sampai sekitar jam 2 pagi saya tidur setengah terjaga untuk mengganti kompres dan memberikan obat anak saya yang sedang demam, sehingga setelah jam 2 pagi saya tertidur sangat pulas sampai-sampai alarm HP sama sekali tidak terdengar.
Selain alarm HP saya juga biasanya mengandalkan alarm masjid. Ya benar, biasanya masjid-masjid sudah membangunkan kita beberapa saat sebelum adzan shubuh, mungkin sekitar satu jam atau setengah jam sebelumnya. Maksudnya mungkin agar kita bisa mempersiapkan diri menuju masjid. Namun, entah badan terlalu capek atau mata saya terlalu ngantuk dan tidur saya terlalu pulas, saya juga tidak mendengar suara Toa mushala sebelah rumah yang jaraknya sekitar dua puluh meter dari rumah.
Saya akhirnya shalat di rumah setelah sebelumnya bertanya kepada ibu istri saya apakah tidak ada suara adzan dari mushala. Ibu istri saya bilang, ada adzan seperti biasanya. Wah saya berarti tidur terlalu pulas.
Saya jadi teringat sebuah kisah tentang sahabat nabi yang mempunyai kekurangan penglihatan bernama abdullah ibnu Ummi Maktum. Karena beliau tidak mempunyai seorangpun untuk menuntunnya, beliau meminta keringanan kepada Rasulullah SAW untuk shalat di rumahnya saja. Namun, Rasullullah SAW bertanya, apakah panggilan untuk shalat terdengar dari rumahnya. Abdullah ibnu Ummi Maktum menjawab, "ya" Maka Rasul pun menyerunya untuk tetap shalat di masjid, Beliau tidak memberinya keringanan.
Suatu pagi buta Ibnu Ummi Maktum bergegas ke masjid untuk menunaikan shalat shubuh. Karena tidak bisa melihat, dia jatuh dan kepalanya terantuk batu hingga berdarah.
Kesokannya dia bertemu seorang pemuda yang memberinya tawaran untuk mengantarnya ke masjid. Selanjutnya untuk beberapa hari dia diantar ke masjid oleh pemuda tersebut.
Berniat untuk mengucapkan terimakasih, ibnu Ummi Maktum menanyakan nama pemuda tersebut dan berniat mendoakannya sebagai rasa terimakasih. Namun, pemuda tersebut menolak memberitahukan namanya dan dia juga tidak mau didoakan. Akhirnya Ibnu Ummi Maktum meminta pemuda tersebut berhenti mengantarnya ke masjid karena dia tidak dapat berterimakasih kecuali dengan mendoakan pemuda itu.
Setelah beberapa saat, akhirnya pemuda tersebut memperkenalkan dirinya "Wahai Ibnu Ummi Maktum, ketahuilah sesungguhnya aku adalah iblis" ujarnya. Ibnu Ummi maktum penasaran dan bertanya "Lalu mengapa engkau menolongku dan selalu mengantarkanku ke masjid. Bukankah engkau semestinya mencegahku untuk ke masjid?"
Sang pemuda yang bernama iblis itu kemudian menjawab dan mengutarakan alasan selama ini menolongnya "Wahai Ibnu Ummi Maktum, masih ingatkah engkau beberapa hari yang lalu tatkala engkau hendak ke masjid dan engkau terjatuh? Aku tidak ingin hal itu terulang lagi. Sebab, karena engkau terjatuh, Allah telah mengampuni dosamu yang separuh. Aku takut kalau engkau jatuh lagi Allah akan menghapuskan dosamu yang separuhnya lagi sehingga terhapuslah dosamu seluruhnya. Maka, sia-sialah kami menggodamu selama ini"
Saya mengingat cerita di atas untuk menjadi pelajaran bagi diri saya dan menanamkan rasa malu di hati bila saya malas ataupun menggunakan sejuta alasan untuk tidak shalat berjamaah di masjid.
Saya tutup kisah ini dengan doa nabi Ibrahim Alaihi Salam dari Al-quran surat Ibrahim ayat 40:
"Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah do'aku."
"Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah do'aku."
Juli 23, 2015
Comments
Post a Comment