Karya Besar Vincent van Gogh

Vincent van Gogh (1853-1890) adalah salah satu seniman ternama dari Netherland. Beberapa diantara karyanya menjadi ikonik dan diidentikan dengan dirinya. Karya-karya Vincent van Gogh banyak tersebar di museum-museum terkenal di seantero jagat. Tidak kurang dari 2000 karya yang terdiri dari lukisan sketsa dan gambar dihasilkan Vincent selama hidupnya. 

Sebagian besar karya van Gogh diantaranya di simpan di Van Gogh Museum di Amsterdam. Jika kamu berkunjung ke van Gogh museum, ada beberapa lukisan van Gogh yang tidak boleh kamu lewatkan:

1. Sunflowers (1889)
Sunflowers (1889) 

Arles, January 1889
Vincent van Gogh (1853 - 1890)
oil on canvas, 95 cm x 73 cm
Van Gogh Museum, Amsterdam (Vincent van Gogh Foundation)

Van Gogh melukis Sunflower di masa menunggu temannya, Gauguin, di Yellow House. Dia berharap lukisannya dapat membuat temannya terkesan. Dia menyelesaikan empat lukisan sebelum musim bunga matahari habis. Gauguin terkesan dengan lukisan terakhir dan meminta sebuah salinanan untuknya sebagai hadiah. Karena tidak enak, Van Gogh mau tidak mau menyetujuinya.

2. Almond Blossom (1890)
Almond Blossom (1890) 

Saint-Rémy-de-Provence, February 1890
Vincent van Gogh (1853 - 1890)
oil on canvas, 73.3 cm x 92.4 cm
Van Gogh Museum, Amsterdam (Vincent van Gogh Foundation)

Almond Blossom dilukis Vincent sebagai hadiah bagi keponakannya, Vincent Willem, anak dari saudaranya Theo. Theo sebelumnya dalam suratnya mengatakan kalau dia akan menamai anaknya dengan nama yang sama dengan Vincent. 

Dahan-dahan pohon almond yang tumbuh di bulan Februari di selatan Prancis yang menandai musim semi dijadikan Vincent sebagai perlambang kehidupan baru. Outline lukisan Almond Blossom ini mengikuti gaya cetakan-cetakan Jepang.

Lukisan yang sedianya Van Gogh hadiahkan untuk diletakan di kamar Theo, akhirnya dipasang diatas piano di ruang keluarga. Lukisan inilah yang merekatkan keluarga Van Gogh. Vincent Willem kemudian mendirikan Van Gogh Museum.

3. The Potato Eaters (1885)
The Potato Eaters (1885) 

Nuenen, April - May 1885
Vincent van Gogh (1853 - 1890)
oil on canvas, 82 cm x 114 cm
Van Gogh Museum, Amsterdam (Vincent van Gogh Foundation)

Potato Eaters menampilkan figur-figur kasar dalam sebuah ruangan yang temaram dengan pencahayaan yang kurang sedang mengelilingi meja makan. Mereka sedang menikmati kentang dan teh. Apa yang ditampilkan Gogh sebenarnya adalah sebuah pembuktian bagi dirinya untuk menjadi seorang pelukis figur yang baik. 

Realitas yang ingin ditampilkan Gogh pada lukisannya adalah mereka mendapatkan makanan dengan usaha mereka sendiri. Hal ini disampaikan Gogh dengan membuat tekstur kasar pada wajah dan tangan-tangan mereka. Pilihan warna yang dominan hijau dan cokelat seolah mewakili ladang dimana mereka bekerja. 

Potato Eaters adalah salah satu karya van Gogh yang paling banyak dibicarakan, walaupun pemilihan warna gelap dan penampilan figur yang tidak sempurna tidak lepas dari kritikan.

4. The Bedroom (1888)
The Bedroom(1888) 

Arles, October 1888
Vincent van Gogh (1853 - 1890)
oil on canvas, 72.4 cm x 91.3 cm
Van Gogh Museum, Amsterdam (Vincent van Gogh Foundation)

Ini adalah lukisan Van Gogh tentang kamarnya di Yellow House. Berisi ranjang, furnitur pelengkap lainnya dan beberapa lukisan yang menggantung di kamarnya. Dua potret yang tergantung di kamarnya adalah pelukis Eugène Boch dan prajurit Paul-Eugène Milliet.

Menurut penelitian, warna-warna kontras yang ada dalam lukisan ternyata merupakan hasil dari pemudaran warna selama bertahun-tahun. Contohnya adalah dinding dan pintu yang aslinya berwarna ungu, bukan biru. Dinding belakang yang terlihat aneh dalam sudut pandang bukan merupakan kesalahan Van Gogh, namun, dinding itu memang miring. Aturan persektif memang tidak diterapkan secara dalam lukisan. Dalam suratnya kepada Theo, saudaranya, Vincent menyebutkan kalau dia sengaja membuat interior terkesan datar dengan maksud ingin menyerupai sebuah "Japanese print".

Warna-warna cerah dan interior yuang sederhana dimaksudkan untuk memberi kesan "istirahat". Harapan van Gogh adalah lukisannya bisa memberikan dirinya dan orang lain ketenangan. Dalam suratnya kepada Theo dia berkata " Ketika aku melihat kanvas-kanvasku lagi setelah sakit, apa yang kulihat pertama kali adalah "the Bedroom".

5. Wheatfield Under Thunderclouds

Wheatfield Under Thunderclouds (1890) 

Auvers-sur-Oise, July 1890
Vincent van Gogh (1853 - 1890)
oil on canvas, 50.4 cm x 101.3 cm
Van Gogh Museum, Amsterdam (Vincent van Gogh Foundation)

Di minggu-minggu terakhir hidupnya, van Gogh menyelesaikan beberapa lukisan impresif ladang gandum disekitar Auvers. Dia sangat mengkhawatirkan tentang keuangannya dan status keartisannya sampai-sampai kuasnya hampir terjatuh dari tangannya ketika dia sedang bekerja, begitu dia menulis pada tahun 1890. Apa yang dia kejar dalam karyanya yang ambisius adalah untuk mengekspresikan kesedihan dan kesendirian yang mendalam'

Format lukisan yang luar biasa lebar dari lukisan Wheatfields under Thunderclouds adalah hal yang tidak biasa: mononjolkan kehebatan lanscape dan langit yang marah, namun juga sangat sederhana dengan dua garis horisontal tanpa pepohonan, burung atau pun manusia yang mengesankan kehampaan.

Padang gandum yang sangat luas dibawah langit yang dirundung badai juga memberikan arti positif bagi Van Gogh, : "saya sangat percaya kalau kanvas ini bisa mengirimkan pesan yang tidak bisa saya ungkapkan dengan kata-kata, apa-apa yang saya anggap baik dan kuat dari pedesaan.

6. Garden with Courting Couples: Square Saint-Pierre
Garden with Courting Couples: Square Saint-Pierre (1887)

Paris, May 1887
Vincent van Gogh (1853 - 1890)
oil on canvas, 75.0 cm x 113.0 cm
Van Gogh Museum, Amsterdam (Vincent van Gogh Foundation)

Pemandangan taman yang cerah ini merupakan salah satu karya Van Gogh dengan ukuran kanvas terbesar yang pernah dilukisnya. Taman merupakan tempat yang puitis bagi van Gogh. kesan romantis dalam gambar ini diperkuat dengan adanya tiga pasangan yang sedang berjalan-jalan ditaman.

Pengerjaan lukisan ini terinspirasi dari Pointilist. namun van Gogh tidak menggunakan titik-titik tapi dengan menggunakan goresan-goresan lurus meraneka ukuran dengan arah yang berbeda-beda. Tehnik ini menolongnya untuk mendapatkan efek memendar yang sangat cocok dengan kesan intim dan kebersamaan yang hendak diungkapkannya.

Pada saat melukis Garden with Courting Couples: Square Saint-Pierre ini, van Gogh mempunyai hubungan dengan Agostina Segatori, pemilik cafe di Montmatre. hubungan mereka tidak berlangsung lama. kehidupan percintaan van Gigh tidak terlalu bagus sehingga dia menyerah. Pada akhirnya, dia hanya mengabdi kepada seni.

7. Wheatfield with a Reaper
Wheatfield with a Reaper (1889) 

Saint-Rémy-de-Provence, September 1889
Vincent van Gogh (1853 - 1890)
oil on canvas, 73.2 cm x 92.7 cm
Van Gogh Museum, Amsterdam (Vincent van Gogh Foundation)

Untuk beberapa bulan pertama masa perawatannya di Saint-remy, Van Gogh tidak diperkenankan untuk meninggalkan ruangan. Pemandangan inilah yang dia lukis dari kamarnya, ladang gandum yang tinggi dan gunung-gunung yang melatarinya.

Seorang pemanen bekerja dibawah terik matahari. Gandum dilukis dengan warna kuning yang tebal mengelilingi pemanen itu. Simbol Van Gogh bagi kekalnya siklus alam dan hidup yang singkat, seperti halnya seorang pemanen. Dia berkata dalam suratnya kepada saudaranya Theo, kalau dia melihat gambaran kematian dalam figur pemanen itu. Seperti halnya kehidupan ini, kita hanya menunggu untuk dipanen.

8. Wheatfield with Crows
Wheatfield with Crows (1890) 

Auvers-sur-Oise, July 1890
Vincent van Gogh (1853 - 1890)
oil on canvas, 50.5 cm x 103 cm
Van Gogh Museum, Amsterdam (Vincent van Gogh Foundation)

Lukisan satu ini lama dikira sebagai lukisan terakhir Van Gogh. Langit yang berbadai, gagak hitam dan jalan tanpa ujung bisa jadi merupakan sebuah tanda-tanda Van Gogh akan melakukan bunuh diri. Namun, kenyataannya Van Gogh masih melukis beberapa buah lukisan setelah ini.

Van Gogh menggunakan kombinasi warna yang kuat untuk Wheatfield with Crows: langit yang biru kontras dengan kuning-orange gandum, sementara jalan yang berwarna bata dibatasi oleh hijau rumput. Goresan kuasnya menggambarkan kekuatan dan memberikan kesan dinamis yang ditandai dengan gagak yang berterbangan.

Van Gogh memperkirakan pada tahun 1888 bahwa pelukis masa depan adalah pelukis yang menggunakan warna-warna yang tidak pernah digunakan sebelumnya. Pelukis itu ternyata adalah dia sendiri, pembuka jalan bagi seniman-seniman setelahnya. Warna menjadi modal utamanya untuk mengekspresikan dirinya. Warna juga menjadi aspek penting yang dia sumbangkan bagi perkembangan seni lukis moderen.

disusun dan diterjemahkan dengan adaptasi dari http://www.vangoghmuseum.nl/

Comments

  1. Saya penggemar van Gogh.... ia pernah berkata:" Adalah baik untuk menyukai segala macam hal sebanyak mungkin… saya melihat lukisan-lukisan atau gambar-gambar di pondok-pondok yang paling miskin, di pojok-pojok yang paling kotor. Dan pikiran saya secara spontan tertarik ke hal-hal seperti ini."

    Saya mencoba menulis sebuah blog tentang dia, semoga anda suka:http://stenote-berkata.blogspot.com/2017/11/wawancara-dengan-vincent.html

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Yang Muda Berhaji

11 Lagu Wajib Anak Tongkrongan Depan Gang Tahun 90'an