Saya Ada di Mana?
Membaca buku "Menyaksikan grunge dengan mata, telinga dan jiwa- Saya Ada di Sana: catatan grunge lokal" karya Eko Prabowo membawa saya ke masa lalu, setidaknya mundur 6 tahun lalu: sebuah acara tribute untuk Pearl Jam yang diselenggarakan Otomotion di Cafe Planet Hollywood.
Saya datang bersama seorang teman yang sama sekali tidak mengerti apa itu Pearl Jam. Dia berakhir di meja belakang cafe dan sesekali keluar mencari udara segar karena di dalam terlalu penuh dengan asap rokok. Waktu itu saya sudah menjadi anggota milis Pearl Jam Indonesia, namun baru kali itu saya datang ke acara tribute Pearl Jam, saya juga sama sekali tidak mengenal anggota milis lainnya.
Sekumpulan yang kurang lebih seusia dan beberapa diantaranya lebih tua memang duduk berkumpul dan bercengkrama layaknya teman-teman yang sudah dekat. Saya lihat mereka juga melihat-lihat beberapa koleksi buku dan cd. Saya tidak berani mendekat, apalagi menyapa. Saya hanya menikmati panggung yang malam itu menyuguhkan lagu-lagu Pearl Jam. Setelah meja-meja dimundurkan saya beranikan diri untuk menghampiri bibir panggung untuk melihat para performer secara lebih dekat, yang masih saya ingat adalah Olitz dari Alien Sick yang dipanggil-panggil oleh beberapa orang di panggung untuk memainkan gitar pada beberapa lagu. Performer yang lain pun saya belum kenal, saya hanya mengenal Ipang dan fadly karena sebelumnya memang sudah ngetop.
Di malam itu, saya merasakan hal yang sebelumnya lama sekali tidak saya rasakan: menyaksikan lagu-lagu Pearl Jam dimainkan secara live. Saya terpesona. Jadilah saya sampai selesai berada di depan panggung, sambil tentu saja sesekali mengecek keberadaan teman saya dan menyakinkan kalau dia tidak pulang terlebih dulu. Saya ingat kalau saya ada berada di sana malam itu. Namun, untuk bercerita secara detil rasanya ingatan saya tidak sehebat itu.
Eko Prabowo sudah layaknya diberikan ucapan terimakasih untuk kemampuannya menceritakan kembali detil-detil acara tersebut dengan bahasanya yang tulus dan cermat sehingga pembaca merasakan apa yang terjadi malam itu. Lembar demi lembar buku saya lewati. Event demi event saya lalui. Beberapa catatan memberikan kenangan yang indah karena 'Saya JUGA ada di sana'. Namun, begitu sampai pada acara-acara yang saya tidak hadiri, timbul pertanyaan di benak saya, 'saya ada di mana?'. Hal itu tidak lantas membuat saya bersedih karena saya tidak ada di beberapa event itu. Saya teruskan membaca beberapa cerita tentang event yang saya tidak hadiri. Dengan hanya membacanya saja, Eko Prabowo seolah-olah meminjamkan raga dan jiwanya sehingga kita bisa melihat, mendengar dan merasakan apa yang dia rasakan.
Beberapa halaman buku tersebut menampilkan foto-foto yang sempat saya ambil dibeberapa event, saya sangat senang sekali gambar-gambar tersebut tidak menjadi bisu dan kembali bercerita bersama kata-kata yang dituliskan dengan sepenuh hati.
Memang buku ini tidak mewakili seluruh gambaran grunge lokal pada semua tempat dan waktu, namun setidaknya kita tidak kehilangan ingatan pada kejadian, tempat dan waktu tertentu. Waktu di mana jiwa-jiwa yang resah menemukan tempat untuk beristirahat sejenak sebelum kembali mengarungi ombak kehidupan.
Comments
Post a Comment