PJ20: Temple of The Dog Part 2
“Awalnya
saya mengira bahwa hanya akan ada Mother Love Bone dan saya,” Ujarnya. “Jeff
berkata kepada saya ‘Stone mengenal seseorang, Mike McCready. Dia itu pemain
gitar yang handal.’ lalu dia memelankan suaranya sedikit. ‘Dia itu dari band
Shadow,’ mungkin dia berharap saya tidak mengingat nama band itu. Sebenarnya,
sebelum saya bertemu dengan teman-teman di Soundgarden, saya membaca iklan di
majalah rocket, sebuah band bernama Shadow membutuhkan vokalis. Saya menelpon
kontak yang ada, seingat saya itu bukan McCready. Saya pergi ke rumahnya di
Belvue, dan dia memberi saya sebuah kaset. Dia tinggal di rumah. Kesan saya
terhadapnya tidak begitu baik. Saya mainkan kaset itu dan tidak begitu nyambung
dengan lagu-lagunya. Kemudian saya ingat orang yang memberi kaset itu menelpon
saya, dia bilang kalau saya harus
mengembalikan kasetnya. Dia ingin saya mengantar kaset itu ke rumahnya. Saya
berkata, ‘Maafkan saya tapi saya sepertinya kurang cocok di band ini.’ Dan dia
berkata, ‘ok, saya ingin kaset saya dikembalikan’ Serius? Kaset low bias tanpa label itu? Kamu
benar-benar ingin itu dikembalikan? Jadi saya agak bagaimana gitu, ketika
mendengar ‘Shadow,’ tapi saya mempercayai Stone. Jadi tidak mungkin kalau orang
ini nggak bagus.”
Dengan
bergabungnya McCready dan drummer Soundgarden Matt Cameron, yang juga bermain
di demo milik Gossard-Ament-McCready, maka latihan pertama untuk proyek yang
terinspirasi Andy Wood ini pun dimulai pada awal Oktober bertempat di Galeria
Potatohead Gallery di Second Avenue daerah Belltown, Seattle. Ketika materi
mereka sudah cukup untuk sebuah album, musisi-musisi yang kini menamai diri
mereka Temple Of The Dog -yang diambil dari lirik Mother Love Bone “Man of
Golden Words”- beralih ke London Bridge Studio untuk menggarap album lebih
serius lagi.
“Kami
berlatih sekitar empat kali,” Ujar Gossard “Lagu-lagu yang ditulis oleh Chris sudah
tersusun dengan rapih, dan saya juga punya beberapa karangan yang akhirnya
menjadi lagu temple of The Dog, termasuk yang ditulis bersama dengan Jeff
‘Pushin Back.’ Chris adalah seorang master. Pada saat itu dia sudah pro dalam
urusan menulis lagu. Dia ambil bahan-bahan yang kami punya, mengumpulkannya
jadi satu dan kita langsung bisa jalan.”
Untuk
mengesankan bahwa Andy sedang bermain di depan penonton yang sangat banyak di
sebuah arena besar, Cornell mengkhususkan “Reach Down” sebagai “Opus gitar bagi
Neil Young: sebuah ‘Fuck you’ bagi orang-orang yang tidak mau mendengar solo
gitar.” Di awal-awal latihan, ketika McCready berusaha memainkan solo dan hasil
yang dikeluarkan kurang berkarakter dan sedikit ragu-ragu, Cornel menyemangati
McCready untuk menggali lebih dalam dan lebih santai.
“Saya
berkata, ‘Kita akan ulang lagi, saya akan meninggalkan ruangan ketika kamu
mulai memainkan solo. Terus main sampai saya kembali. Jangan berhenti sampai
kamu benar-benar melihat saya kembali,’ Saya meninggalkan ruangan dalam waktu
yang cukup lama,” katanya. “Dari apa yang kamu dengar kamu bisa menyimpulkan
bahwa semua orang kehabisan ide dan berharap semuanya segera berakhir. Jadi
kami biarkan saja begitu dan tidak memainkan apa-apa sampai kita berada di
studio. Saya fikir saya melakukan hal yang sama di studio - saya pergi begitu
saja dan kembali. Kami sedang merekam dan tiba waktunya solo gitar. Dia mulai
main dan tidak tidak ada yang terjadi. Kami seperti, ‘oh tidak, tidak. Ini
saatnya kamu unjuk kebolehan.’ Dan dia megulanginya. Saya mulai berfikir,
mungkin dia tidak sehebat itu. Kami semua menghampirinya dan berkata, ‘Nggak usah malu-malu. Ini waktunya buat
kamu gila-gilaan.’ Lalu dia mulai menggila. Sepertinya dia mencoba
mengeluarkan semua jurus yang dia pernah pelajari. Lima puluh detik berlalu dan
dia mencoba bertahan sampai habis dan terus berlanjut. Di akhir solo, dia tidak
bermain untuk siapa-siapa. Itu kala pertamanya kami melihat dia seperti itu.
Kami sampai bilang, ‘Buset! Dia
memang sinting. Sepertinya dia memang punya masalah. Semoga beruntung. Tapi tadi
itu benar-benar luar biasa.”
Ament
berkata, dia mengapresiasi “Reach Down” karena dia bisa menggambarkan Wood dan
Cornell sebagai subjek dari lagu itu. “Andy adalah orang yang bisa merangkul
dan menyemangati siapa saja,” Ujarnya. “Di lain pihak, Chris adalah orang yang
merangkul dan menyemangati saya dan Stone dengan berkata ‘Ayolah kawan.’ Itu
adalah hal yang sangat penting untuk saya pada waktu itu. Bahkan ketika Stone
dan saya memutuskan untuk bermain kembali, saya tidak benar-benar yakin itu
adalah hal yang benar-benar saya ingin lakukan, mungkin begitu juga dengan
Stone. Bisa bermain dengan para musisi hebat ini memberikan pengaruh besar bagi
saya dalam memutuskan untuk kembali bermain musik ataukah kembali ke sekolah
seni. Jadi, terimakasih banyak Chris dan Matt.
Lagu
yang kemudian menjadi pusat album ini. “Hunger Strike” lahir dari ketidaksukaan
Chris pada angka ganjil. Pada saat itu kami telah menyelesaikan sembilan lagu
“dan saya membencinya” katanya. “Jadi saya masukkan satu lagu lagi supaya bisa
jadi sepuluh, karena memang harus sepuluh. dan lagu itu adalah ‘Hunger Strike’”
“Lagu
itu pada dasarnya punya satu verse
dan beberapa chord sederhana dan reff
yang berulang-ulang. Saya kira itu adalah satu-satunya lagu yang saya tulis
ketika sedang teler, karena teler tidak banyak gunanya buat saya. Saya tidak
banyak menghisap ganja. Tapi saya kadang-kadang juga menghisapnya, dan waktu
itu saya terngiang-ngiang sebuah appregio dan menemukan sebuah melodi. Saya
menulis liriknya dengan cepat. Saya tidak dapat menulis lirik lebih banyak
lagi. Jadi verse-nya ya itu saja. Itu sudah mengatakan semua perasaan yang
harus dikatakan. Saya sudah mencoba menulis verse yang ke-dua, tapi hasilnya
sangat buruk, dan saya fikir itu sudah selesai dan itu akan menjadi lagu aneh
di album dengan makna yang dalam.
“Saya
ingin mengungkapkan rasa syukur saya akan hidup, sekaligus rasa tidak hormat
bagi orang-orang yang tidak pernah merasa cukup, yang selalu menginginkan
lebih. Tidak mungkin mendapatkan lebih dari apa yang kamu butuhkan kecuali
dengan cara mengambil dari orang yang tidak mau memberimu. Singkatnya,
mengambil keuntungan dari orang-orang yang tidak mempunyai apa-apa.”
Photos are taken from Pearl Jam Twenty Book/Words are the translation of Pearl Jam Twenty Book/ copyrights belong to the author of the book.
Kembali ke daftar isi
Comments
Post a Comment