PJ20: Temple of The Dog Part 1


Temple Of The Dog

Kematian Andy Wood karena overdosis heroin pada Maret 1990 memberi pengaruh buruk bagi latar musik Seattle yang telah membesarkan ambisinya hingga ke tepi ketenaran. Bagi Jeff Ament dan Stone Gossard, kematian Andy bukan hanya berarti kehilangan seorang sahabat, namun juga berarti akhir dari Mother Love Bone, band di mana mereka mencurahkan seluruh hidup mereka dua tahun belakangan. 

Chris Cornell, teman sekamar Andy Wood yang juga merupakan tempatnya berbagi dalam bermusik, mendapatkan kabar kalau sahabatnya overdosis ketika berada di New York di perjalanan pulang ke Seattle sekembalinya dari tur eropa Soundgarden. Wood masih diberi kesempatan hidup dengan bantuan mesin life support, tapi dokter telah mengabarkan keluarga kalau Andy tidak akan bisa sadar kembali.

Pacar Andy, Xana berkata “Kamu tidak bisa mencabut life support-nya sampai Chris datang.” Cornell mencoba mengingat. “Jadi saya langsung mengejar pesawat ke Seattle, dan ketika saya datang di sana sudah ada keluarga dekatnya yang sebagian besar saya belum pernah temui sebelumnya, semua teman bandnya, teman-temannya dan saudaranya. 

“Pada titik itu, saya fikir, hidup begitu berharga bagi kami, sekumpulan musisi yang membuat musik dalam sebuah latar . Dunia ini bagaikan cangkang bagi kami. Kami didukung dan saling mendukung. Dan Andy itu seperti cahaya yang menaungi kita di atas itu semua. Melihatnya tersambung ke mesin adalah saat akhir dari kesucian latar itu.” 

Soundgarden segera kembali ke Eropa untuk melanjutkan tur nya, dan Cornell mulai menuangkan rasa berkabungnya ke dalam karya baru. Dia menulis dua lagu tentang Wood ke dengan judul “Say Hello to Heaven,” dan “Reach Down.” “Kami tak mudah dikalahkan,” Ujar nya “Nggak ada yang bakal mati dan kalau pun ada, itu pasti bukan dia. Dan kalaupun itu terjadi, bukan begitu caranya. Hal yang mustahil itu terjadi dengan tiba-tiba dan kami tidak bisa menolaknya. Kami sama sekali tidak siap untuk menghadapi itu. Saya fikir dari sana lah lagu-lagu itu datang. Karena beberapa minggu kedepan hidup saya akan penuh kengerian.

Di lagu “Reach Down” Cornel berimajinasi kalau dia berdialog dengan Wood dan Wood “bilang ke saya kalau semua nya baik-baik saja. Saya membayangkan kalau semua mimpinya tercapai. Dia berada di atas panggung besar bermain di depan penonton yang yang memenuhi Festival: ‘Reach down, pick the crowd up, carry it back in my hands.’ Dia menggapai kerumunan penggemarnya dan menarik mereka ke atas bersamanya, dan sekarang lingkaran itu tertutup, dan dia telah menggapai mimpi-mimpinya.

Cornell kemudian sadar kalau dia tidak punya rencana ke depan untuk lagu-lagu yang telah dia tulis itu. “Saya bertanya-tanya kepada diri saya, ‘mengapa saya menulis lagu-lagu itu, dan apa yang akan saya lakukan, karena lagu-lagu itu sama sekali tidak terdengar seperti lagunya Soundgarden?’ “Karena memang tidak” Ujarnya. “Saya punya keinginan untuk menjadikan lagu-lagu itu sebagai tribute ke Andy, mencoba untuk membuat orang-orang berfikir tentangnya. Mungkin saya akan merekam nya bersama anggota Mother Love Bone yang lain dan merilis sebagai single,” kemungkinan di label lokal Sub Pop. 

Di musim panas itu, sekembalinya dari luar negeri, Cornell membuat demo kedua lagu tersebut dan merekamnya ke dalam beberapa kaset untuk dibagikan kepada Gossard dan Ament, juga mengantarkannya ke kantor Kelly Curtis. “Dan kemudian saya merasa sangat tidak percaya diri, saya sama sekali tidak mengharapkan apa-apa dari itu.” aku nya. Beberapa minggu kemudian, Ament menelepon dan mengatakan sangat tertarik dengan demo itu.

“Dia sangat memuji lagu-lagu itu dan sangat bersemangat untuk mengerjakannya.” Ujar Cornell. “Itu memberi saya rasa percaya diri untuk berkata padanya mungkin kita bisa merekamnya. Jeff tidak merasa enggan. Dia bilang, ‘Yeah, kita bisa mengerjakan itu. Mungkin kita bisa buat lagi lagu yang lainnya dan lagu solo Andy jadi orang-orang bisa mendengarnya.’ itu sangat membuat saya bersemangat, dan saya juga berniat membuat orang-orang mendengarkan lagu Andy.”

“Saya fikir Stone sangat menyukai ide tersebut. Lalu saya mendapat kabar lagi dari Stone bahwa terdapat keberatan dari keluarga dan teman-teman Andy akan ide tersebut. Ada kabar kalau ada kekhawatiran kalau-kalau kami mengeksploitasi Andy. Dan itu rasanya tidak enak. Jeff menanggapi dengan, ‘Baiklah, persetan, kita bikin rekaman sendiri saja’ Dia mengatakan itu dengan cara yang akan dilakukan Andy juga. Cuma itu yang diperlukan, seseorang yang berkata, ‘Tidak, kita pasti lakukan itu.’ Saya senang bekerja di suasana itu. Apabila ada hasrat dan dorongan dibalik itu, saya akan bekerja tanpa mengenal lelah. Jadi saya akan mulai melakukan itu, menulis lebih banyak lagu.”

Semangat Ament juga didorong oleh ketertarikannya untuk membantu Cornell dalam membuat lagu yang berbeda dari Soungarden. “Saya menyukai Soundgarden, tapi saya juga melihat kesempatan untuk kami menjadi satu band dengan Chris dan menjadi seaneh mungkin.” Ujarnya, “Saya memutuskan untuk menggunakan bass fretless di banyak lagu, untuk mencoba keluar dari nuansa ‘rock’. Ada banyak permainan harmonik dan gaya bermain yang aneh. Cara Chris menulis lagu terlihat seperti dia ingin membuat ini lebih dari sekedar proyek seni.”

Pada saat yang sama, Ament, Gossard dan Mike McCready sedang melakukan jamming dengan materi-materi yang kemudian muncul di album perdana Pearl Jam, Ten, yang menurut Cornal mempunyai benang merah secara musikalitas dan emosi dengan lagu-lagu ciptaannya yang baru seperti “Wooden Jesus” dan “Your Saviour.” Tapi, ada sedikit ganjalan ketika Cornell menyadari kalau dia pernah punya pengalaman buruk beberapa tahun lalu yang melibatkan band McCready sebelumnya, Shadow.

Photos are taken from Pearl Jam Twenty Book/Words are the translation of Pearl Jam Twenty Book/ copyrights belong to the author of the book. 
Kembali ke daftar isi

Comments

Popular posts from this blog

Karya Besar Vincent van Gogh

Yang Muda Berhaji

11 Lagu Wajib Anak Tongkrongan Depan Gang Tahun 90'an