Di Balik Cover Time Eddie Vedder

Majalah Time edisi 25 Oktober 1993
Sekitar seminggu setelah album VS dirilis pada tanggal 19 Oktober 1993, tepat dua puluh tahun yang lalu, edisi 25 Oktober 1993 majalah TIME menampilkan cover story tentang musik alternative asal kota seattle yang sedang menjadi fashion seantero jagat Amerika dan dunia pada saat itu. Dua artikel diluncurkan dalam edisi ini, satu artikel membahas khusus tentang Pearl Jam dan grup asal Seattle lainnya berjudul Rock’s Anxious Rebels dan artikel lain tentang kemana arah tren musik selanjutnya dengan judul Where’s next Seattle?. Hal yang menarik dari edisi tersebut adalah dimuatnya foto Eddie Vedder sebagai sampul. Foto tersebut merupakan foto dari konser gratis Drop in Park di Magnusson Park, Seattle (09/20/92) yang diambil oleh fotografer Neal Preston.

Pemuatan foto Eddie Vedder oleh majalah TIME ini menjadi hal istimewa yang selalu menjadi topik yang menarik dalam buku-buku yang membahas Pearl Jam dan Grunge. Eddie Vedder tidak pernah setuju untuk diwawancarai oleh majalah TIME apalagi menjadikan fotonya sebagai sampul depan. Sedianya Kurt Cobain, pentolan grup band Nirvana juga sudah dimintai wawancara untuk pembuatan cerita utama edisi tersebut. Namun, Eddie dan Kurt sudah sepakat untuk tidak menjadi cover majalah tersebut. 

Dalam buku Pearl Jam Twenty, Eddie Vedder mengatakan bahwa Kurt dan dirinya beberapa kali bicara lewat telepon dan salah satunya membicarakan tentang keinginan TIME untuk mewawancarai mereka. Keputusan yang diambil adalah untuk tidak melakukannya. Mereka telah sepakat bahwa mereka tidak ingin dan tidak memerlukan lagi perhatian yang lebih, tapi tetap saja TIME memuat fotonya di halaman depan. Selanjutnya Eddie mendengar bahwa Kurt kecewa tentang hal itu dan itu membuatnya lebih marah lagi.

Penulis artikel utama Rock’s Anxious Rebels, Christopher John Farley dalam buku Everybody Loves Our Town: An Oral History of Grunge karangan Mark Yarm mengatakan bahwa dirinya tadinya akan menulis tentang Nirvana, namun masalahnya adalah Kurt tidak akan pernah setuju untuk melakukan wawancara. Disaat-saat terakhir deadline, akhirnya diputuskan untuk menulis tentang Pearl Jam setelah sebelumnya selalu terpikirkan untuk menyandingkan Nirvana dan Pearl Jam secara bersamaan. Saat itu Sony sebagai label pernah berjanji bahwa Eddie akan menelponnya, nyatanya Eddie sama sekali tidak menelponnya. Jadilah dia menulis cover story tanpa wawancara dengan Eddie maupun Kurt.

Menurut Courtney Love, istri mendiang Kurt Cobain dalam buku yang sama, dia berpendapat bahwa pada awalnya adalah Kurt yang akan menjadi sampul majalah TIME, namun Eddie mungkin sengaja memberi janji untuk wawancara dengan majalah TIME walaupun pada akhirnya tidak pernah melakukannya. Dia dan Kurt sangat marah akan hal itu. Seharusnya Kurt lah yang ada di sampul majalah tersebut.

Apapun itu, Eddie Vedder tampaknya tidak pernah menyukai dirinya dijadikan sampul majalah TIME, menurutnya adalah hal yang sangat bodoh untuk memajang musisi di sampul TIME. Chris Cornell menanggapi hal tersebut dalam buku Pearl Jam Twenty bahwa Eddie dari awal adalah orang yang konsisten untuk membiarkan semuanya berjalan dengan alami. Bahwa dia menginginkan dunia mengenal band mereka adalah benar, hanya waktunya saja yang tidak tepat. Dia tidak menginginkan semuanya terjadi secepat itu.

- tulisan pernah dimuat dalam majalah RVM edisi ke-3- dengan penyesuaian seperlunya.

Comments

Popular posts from this blog

Karya Besar Vincent van Gogh

Yang Muda Berhaji

11 Lagu Wajib Anak Tongkrongan Depan Gang Tahun 90'an