PJ20 - Chapter One 1962-1989 part 4
SIGN IN THE DOTTED LINE
Walaupun Mother Love Bone tidak
punya kesamaan gaya maupun musik dengan band-band dari belantika musik Los
Angeles yang telah menjadikan Jane's Addiction dan Guns N' Roses menjadi
band-band besar, label-label besar mulai mengendus keberadaan mereka di sekitar
musim panas 1988. Tak disangka-sangka, Ament berkenalan dengan Kelly Curtis,
seorang yang DO dari SMA untuk menjadi roadie band Heart di tahun 70an, dan
sekarang bekerja untuk sebuah kantor manajemen lokal.
"Mereka tidak kenal seorang
pun yang punya koneksi dengan lawyer, manager dan perusahaan rekaman. "
Ujar Curtis."Latar belakang saya adalah Heart, jadi sebenarnya agak tidak
masuk akal buat kami. Selain itu saya punya banyak pengalaman di bisnis musik.
Perjanjiannya waktu itu adalah apakah saya bisa menolong mereka bertemu dengan
beberapa orang. Saya berkata, 'tentu saja'. Jadi kita pergi ke LA dan membuat
janji dengan beberapa pengacara dan orang-orang label. Kami tidak begitu yakin
apakah kami bertemu dengan para manajer, tapi kemudian saya tahu, saya merasa
memang harus melakukannya pada saat itu. Itu seperti terjadi dengan
alami."
Di Los Angeles, Curtis mengenalkan
Mother Love Bone dengan pengacara Michael Anthony yang merupakan lawyer Soundgarden dan Alice In Chains.
"Kelly mengundang saya ke beberapa show mereka di Turbadour LA., dan saya
benar-benar jatuh hati pada mereka." Ujar Anthony, yang kemudian segera
menyetujui untuk menjadi lawyer Mother
Love Bone. "Saya menyukai musik yang sedang mereka buat. Dan saya juga menyukai
Andy. Saya ingat dia bercerita kepada saya tentang bagaimana dia akan
menggunakan uangnya. Dia punya daftar panjang dari cat kuku sampai rumah. Dia
tidak sabar untuk bermain di sebuah arena supaya dia bisa membeli rumah yang
lebih besar. Dia itu berfikir besar. Arena sih sepertinya terlalu kecil buat
dia."
Tidak memakan waktu lama, Mother
Love Bone menjadi rebutan bidding
banyak label. Akhirnya mereka menandatangani kontrak dengan Polygram Record
dibawah Mercury. "Kami menyebutnya 'Seattle Restaurant Tour" ujar
Ament "kami akan membawa orang dari Atlantic Records makan dan memesan
beberapa botol Bordeaux-itu adalah
makan malam seharga 4 ribu dolar. Itu benar-benar pengalaman yang berkesan.
Kita melakukan kira-kira dua puluh kali makan malam dengan sekitar sepuluh
label yang berbeda dan kami berkata 'Kita mesti melakukan sesuatu' Di saat-saat
terakhir, Michael Goldstone dari Polygram muncul, dan Polygram punya roster terbaik pada saat itu. Geffen
punya GNR dan Junkyard yang pada saat itu sedang ngetop di LA. Seperinya mereka
sudah punya terlalu banyak band yang bagus. Jadi kita akhirnya memilih
Polygram.
Di bulan January 1989 Mother Love
Bone merekam EP pertama mereka Shine
di London Bridge Studios di Seattle yang dirilis 20 Maret 1989. Di dalam EP tersebut
terdapat sebuah lagu yang kemudian menjadi signature
band tersebut. Lagu epic sepanjang 8 menit "Chloe Dancer/Crown of
Thorns."
"Itu adalah lagu yang saya
tulis bersama Andy, jadi lagu itu merupakan sebuah kombinasi yang menunjukkan
musikalitas saya dan Andy." Ujar Gossard. "Lagu itu sederhana dan
liriknya memberi makna akan manis getirnya kehidupan. Itu adalah lagu yang
menghantui, indah sekaligus penuh warna. Lagu itu punya cita rasa yang selalu
Andy berikan dalam setiap hal yang dilakukannya.
Di bulan Maret, Mother Love Bone
memulai tour mereka dengan sebuah band rock Inggris Dogs D'Amour. Pertunjukan
mereka kadang dihadiri sedikit penonton. Perjalanan yang dengan jadwal yang
padat berujung pada perselisihan di tubuh band. Tapi Wood punya cara sendiri
untuk menguasai penonton yang paling payah sekalipun, dia dan Ament juga punya
keterikatan yang sama akan kesukaan terhadap musik aneh dan sport.
"Dia itu suka sekali sport, walau dia sama sekali tidak
atletis." ujar ament. "Dia punya game football Coleco, dia punya buku
catatan berisi team-team dan daftar pemain. Seminggunya dia bisa memainkan
ratusan permainan dan mencatat skor dan highlight.
Selama tour Mother Love Bone, itulah yang terjadi di kursi belakang van. Karena
kesamaan kegemaran itu, kami bisa melewati semuanya."
Di akhir 1989 Mother Love Bone
menyelesaikan album mereka, Apple, yang di rekam di Sausalito, California dan
di Seattle. Masih tenggelam dalam pengaruh classic rock, namun dengan vocal
Andy yang khas Apple menjanjikan masa
depan yang gemilang untuk band ini. Tapi, kecanduan obat yang semakin
menjadi-jadi, ditambah lagi dengan sekali-kali memakai heroin, membuat posisi
Mother Love Bone seperti di ujung tanduk. Bertepatan dengan Thanksgiving,
berkat teman-teman Wood di Mother Love Bone, Wood secara sukarela mengikuti
program rehabilitasi di Valey General Hospital di Monroe. Untuk sementara
waktu, Mother Love Bone bagaikan anak yang kehilangan induknya.
THE FINISHING STROKE
Di San Diego, Eddie masih bermain
dengan Bad Radio, dia masih membangun rasa percaya dirinya untuk bisa tampil
lepas. Seringkali dia terpaku di satu titik tanpa melihat penonton. "Kami
ikut di ajang adu band, dan kalau menang di Jum'at ini kami bisa main minggu
depannya." Ujar vedder."Band yang menang, lagunya akan diputar di
radio sekali. Kemudian mungkin kami bisa memenangkan peralatan payah seharga
300 dolar. Kita menang juga. Menarik sekali, di masa itu saya sangat takut
mendapatkan penolakan, tapi saya tetap melanjutkan itu dan saya tetap bermain,
itu adalah sebuah dorongan yang positif."
Hari itu, 21 November 1989, menjadi
saat yang terbaik bagi Vedder untuk bersikap proaktif. Itulah saat pertama kali
dia bertemu mantan drummer Red Hot Chilli Peppers, Jack Iron pada sebuah konser
Joe Strummer di Bacchanal, San Diego. Iron menjadi drummer di album mantan
vokalis/gitaris the Clash Joe Strummer yang berjudul Earthquake Weather dan
melakukan tur bersama.
"Di tur itu saya bertemu
dengan calon istri saya di San Fransisco dan sehari atau dua hari kemudian saya
bertemu dengan Eddie." Ujar Iron. "Saya tidak kenal Eddie sebelum
pertemuan di San Diego, kemudian dia bilang ke saya kalau dia itu mau ikut
membantu supaya bisa masuk dengan gratis dan bertemu dengan orang-orang yang
diinginkannya. Dia tahu saya dari masa Red Hot Chilli Peppers dan malam itu dia
memperkenalkan dirinya. Lalu tiba-tiba lampu mati dan kebetulan dia punya
pemantik. Seingat saya mulai saat itu kami menjadi teman baik. Saya tinggal di
LA, dia mampir ke tempat saya dan nongkrong dengan saya dan istri. Kami bermain
basket. Selanjutnya, dia berteman dengan semua teman-teman saya.
"Saya memasukkan peralatan Joe
Strummer malam itu.” Ujar Vedder. "Saya sedang mendengarkan bootleg Ret
Hot Chilli Peppers waktu itu di mobil Toyota Corolla saya dengan Jack, meskipun
drummernya adalah Cliff Martinez, bukan Jack. Baru saja 15 menit Joe main, band
pembukanya menyabotase listrik club karena masalah bayaran. Saya punya senter
dan membawa semua orang ke belakang panggung dan saya memegangi senter ketika
Joe melinting tembakau dan ganja. Saya waktu itu tidak merokok, jadi itu
membuat saya tercengang. Butuh 90 menit untuk memperbaiki aliran listrik.
Setelah show, saya mengambil Polaroid dan
berfoto dengan Joe dan dia menandatangani foto itu. Tidak salah seorang dari
kami pun tahu kalau dia kemudian cukup punya tanggung jawab atas keberadaan
Pearl Jam.”
Pearl Jam selalu lebih suka bila
musik mereka yang berbicara. Tapi lebih lanjut, kita akan mendengar cerita dua
puluh tahun pertama mereka dari mulut mereka sendiri.
Photos are taken from Pearl Jam Twenty Book/Words are the translation of Pearl Jam Twenty Book/ copyrights belong to the author of the book.Kembali ke daftar isi
Comments
Post a Comment