PJ 20 : Chapter One 1962-1989 part 2

 BOUNTIFUL RIVER
Sementara itu, Green River menjadi grup lokal yang wajib ditonton, memperbesar peluang mereka untuk bisa manggung dengan raksasa-raksasa rock seperti Dead Kennedys dan Sonic Youth, dan menarik perhatian Homestead Records, sebuah indie label asal New York yang sedang naik daun. Tidak puas dengan arah musikalitas Green River, Steve Turner keluar pada tahun 1985 dan untuk melanjutkan kuliah, tapi band itu bergeming dan memulai tur pertama mereka di bulan Oktober.
Walaupun seringkali kurang penonton dan kadangkala tidak ada, main di venue terkenal seperti CBGB New York merupakan suatu pengalaman yang sangat berarti. Bermain di banyak skena musik punk dan hardcore penting di seantero negeri juga merupakan pengalaman yang mengejutkan, khususnya di Detroit, dimana aksi mereka sebagai pembuka Samhain, band Glenn Danzig paska the Misfits menjadi sangat mengerikan “Waktu itu saya memakai baju pink, saya diturunkan dari panggung dan dipukuli” tutur Ament “Anak-anak punk Detroit sama sekali nggak terima.”
Sebelum akhir tahun 1985, Homestead merilis Come On  Down, EP debut Green River. Beberapa tahun kemudian, EP itu kemudian dgambarkan sebagai “grunge” yang pertama kali dirilis, tapi pada waktu itu, Come On Down hanyalah musik rock n’ roll yang bisa membuat kamu melompat-lompat kemudian mengangguk-anggukan kepala.
ENTER MATT CAMERON
Seattle cukup memberi andil bagi lahirnya drummer-drummer bagus di era 80an, tapi tak seorang pun seperti Matt Cameron yang atas saran seorang temannya pindah dari San Diego di tahun 1983 untuk mengejar karir dalam bermusik. “Saya menyetir sebuah pik-up Datsun dan mogok di California tengah, jadi kami harus menginap dua hari di rumah seorang montir” ujarnya. ” Saya tadinya tidak tahu apakah akan pindah untuk seterusnya atau tidak, tapi saya bersiap-siap untuk itu. Reaksi pertama saya sangat positif. Saya datang dari San Diego, yang merupakan kota yang sangat besar, Seattle terlihat kecil dan lebih tertutup. Orang-orang yang berkiprah di musik juga memberi dukungan kepada grup-grup lainnya. Rasanya benar-benar seperti berada dalam sebuah club.”
Cameron mulai belajar drum di usia Sembilan tahun dan pada usia tiga belas tahun sudah bisa meniru Peter Chriss dengan sangat baik ketika bermain di sebuah band yang mengcover lagu-lagu Kiss bernama “We Were Called Kiss”. “Kita hampir saja dituntut oleh Gene Simons” ujarnya. “Dia selalu melotot melihat semua grup yang mengimitasi Kiss pada waktu itu”. Di usia lima belas tahun Cameron menyanyikan lagu “Puberty Love” dalam sebuah film yang tidak begitu terkenal di tahun 1978 yang berjudul Attack of the Killer Tomatoes atas permintaan sutradara John De Bello, yang merupakan teman sekolah kakaknya. Dan seperti Ament, Gossard dan McCready, Cameron juga takjub akan band-band rock terbaik di masa itu, khususnya konser News of the World Tour-nya Queen di San Diego Sports Arena pada tanggal 16 Desember 1977. “Sampai hari ini, saya kira itulah konser terbaik yang pernah saya tonton” ujarnya “Konser itu mampu merubah hidup saya.”
Setelah menetap di Seattle, Cameron bermain di beberapa band sebelum bergabung dengan Jack Endino, Daniel House, dan Ben McMillan di Skin yard pada tahun 1985 dan sering bertemu dan berbagi panggung dengan Green River-nya Ament dan Gossard. Di awal tahun 1986, band-band Seattle bergabung dan mengeluarkan kompilasi mereka, Deep Six yang dirilis C/Z Records di bulan Maret. Selain Green River dan Skin Yard, album kompilasi tersebut juga memasukan karya the Melvins, Malfunkshun, Soundgarden dan U-Men.
“band-band tersebut sebelumnya tidak ada yang pernah rekaman secara professional” Ujar Cameron. “Kita pesta selama dua atau tiga hari untuk merayakan album itu. Dan saat itulah pertama kalinya saya melihat Malfunkshun bermain dan bertemu dengan Andy. Mereka menarik perhatian di pertunjukan itu. Mereka itu bermain secara live dengan sangat bagus.” Gossard menambahkan,”di lagu Malfunkshun di album itu yang berjudul ‘With Yo’ Heart (Not Yo’ hands)’ kamu bisa mendengar bakat Andy menggabungkan punk, metal dan FM Rock.
Di bulan Juni, Cameron meninggalkan Skin Yard dan bergabung dengan Cornell, gitaris Kim Thayil, dan basis Hiro Yamamoto di Soundgarden, dan memulai kerjasama kreatif yang akan berlangsung lebih dari satu dekade menjadikan band mereka mendunia bersama Nirvana, Alice in Chain dan Pearl Jam.
“Kim, Chris dan Hiro bergabung dalam sebuah band bernama the Shemps,” ujar Cameron. “Mereka meng-cover the Doors, dan nggak bagus-bagus amat. Tapi saya ingat melihat penyanyinya dan berfikir, Ya Tuhan, dia itu sangat luar biasa! Ketika saya mendengar mereka membentuk Soundgarden saya selalu berusaha menonton pertunjukan mereka. Mereka itu salah satu grup yang dari awal mula punya sound yang khas. Ketika drummer mereka Scott Sundquist, memutuskan bahwa dia tidak mau ikut tur, saya langsung menelpon Kim dan berkata “Bro, gw pengen gabung” Chris langsung bilang, ‘Ya, dia boleh gabung’ karena dia pernah melihat saya bermain. Jadi, saya bergabung tanpa perlu audisi, tapi saya sudah mempelajari banyak lagu-lagu mereka dan dalam waktu seminggu kita langsung manggung di Ditto Tavern.”
EXIT GREEN RIVER
Tepat sebelum mengeluarkan single “Together We’ll Never” dengan B side single dari the Dead Boys “Ain’t Nothin’ To Do”  yang dirilis label ICP pada bulan November 1986, Green River bertemu dengan Bruce pavitt, pengelola fanzine bernama Subterranian Pop, yang telah membantu tersebarnya musik-musik rock independent di seluruh wilayah pada awal delapan puluhan. Sekarang Pavitt mencoba membuat label rekamannya sendiri, dan bekerjasama dengan Green River adalah cara yang sempurna untuk memulainya. Namun ada satu masalah: pada saat itu Pavitt sedang kehabisan dana. Benar saja, butuh waktu sampai bulan Juli tahun 1987 bagi label yang telah berganti nama menjadi Sub Pop untuk merilis EP Green River Dry As a Bone yang berisi lima lagu yang telah direkam musim panas sebelumnya dengan Jack Endino.
Dry As a Bone kemudian mempertajam ciri sound Green River yang kotor dengan sentuhan punk, yang kemudian disebut-sebut Pavitt sebagai “grunge yang buas yang menghancurkan moral sebuah generasi.” Mark Arm sudah telah lama menggunakan istilah grunge untuk menggambarkan skena music lokal pada saat itu, termasuk dalam sebuah surat kepada sebuah fanzine yang terbit di Seattle, Desperate Times, pada tahun 1981. Namun, begitu diusung Pavitt, istilah itu kemudian menemukan artinya sendiri.
Akan tetapi, keadaan tidak selalu baik. Sekali lagi, dikarenakan keuangan Sub Pop yang tidak stabil, label itu mendiamkan saja sebuah album berjudul Rehab Doll yang telah selesai digarap Green River, namun tidak segera merilisnya. Lagipula, Ament dan Gossard selalu berseberangan dengan Arm soal arah karir bermusik mereka, dan setelah mereka bermain sebagai pembuka Jane’s Addiction pada 24 Oktober 1987 di the Scream, Los Angeles, Green River bubar.
“Selalu saja ada saja kelompok orang seperti itu di dunia musik Seattle, -- orang-orang dengan tipe ‘merasa paling benar’”, Cameron berujar. “Jeff dan Stone dicap sebagai sisi komersilnya Seattle, atau apapun. Itu omong kosong saja, karena mereka tidak mencoba menulis dengan cara seperti itu. Itu masalah bagaimana semuanya bisa tercipta, dan mereka itu orang yang jujur pada naluri artistik mereka, dan saya selalu menghargai naluri mereka. Menulis sebuah chorus music rock yang baik adalah hal yang paling sulit dilakukan sebagai seorang penulis. Menjadikannya terdengar megah sekaligus melodis dan mempunyai kekuatan baik untuk dibawakan live maupun diputar di radio itu sungguh tidak mudah.
Meskipun umurnya pendek, pengaruh musikal Green River terasa sangat kuat di Seattle dan sekitarnya pada tahun-tahun berikutnya, berterimakasihlah pada penggabungan punk dan hard rock nya. “Di masa itu, dua hal tersebut adalah dua hal yang saling bertolak belakang dikarenakan stigma sosial yang diberikan pada orang yang menyukainya.“ ujar Gossard. ”Pengaruh band seperti Motorhead membantu menjembatani dunia heavy metal dengan dunia punk. Ujug-ujug, kita bisa mengambil keamatiran eksperimen punk rock dan semangat bermain di bar sekaligus bisa menyentuh hal-hal yang membuat heavy metal begitu kuat dan menarik. Kita benar-benar mengerjakan semuanya sendiri. Kami langsung membuat album walaupun tidak tahu banyak tentang itu. Kami mendesain sendiri sampul album dan membiayai tur kami sendiri. Kita pada waktu itu bernaung di Sub Pop, yang kemudian menjadi label yang sangat berpengaruh. Karya kita dilihat dari apa yang datang setelahnya, tentu saja, apa yang datang setelahnya  memberi pengaruh yang sangat besar. Green River tentu saja member pengaruh dengan caranya sendiri, namun tidak ada yang akan kenal Green River jika Nirvana tidak muncul. Nirvana menangkap semua fenomena penggabungan seni punk dan rock menjadi sesuatu yang terdengar baru.”
Ament dan Gossard tidak membuang-buang waktu untuk melanjutkan karir mereka. Mereka sebelumnya telah bermain dengan Andy Wood dari Malfunkshun dan Regan Hagar sebelum Green River resmi bubar, dan di akhir 1987, grup baru mereka yang  bernama Lords of the Wasteland telah bermain di depan public. “Saya ingat kita bermain di sebuah salon dan membawakan lagu-lagu cover.” Ujar Gossard. “Itu hanya lanjutan dari pertemanan di tempat latihan yang sama. Semua orang telah menyadari bakat Andy pada waktu itu, jadi saya ingin bermain dengannya sesegera mungkin.”
Hagar tidak punya alasan untuk berfikir bahwa band itu bisa mempengaruhi Malfunkshun. Akan tetapi. tidak lama setelah pertunjukan pertama Lords of the Wasteland, dia sadar bahwa keduanya tidak mungkin jalan berbarengan. “Andy dan saya masih di Malfunkshun, dan kami berjalan menuju tempat dimana Green River, Malfunkshun dan sekarang Lords of the Wasteland berlatih.” Ujarnya “Pada waktu itu ada Jeff, Stone dan Greg Gilmore, seorang drummer nomor wahid di Seattle. Andy dan saya pergi. Malamnya saya ditelfon: ‘Greg akan menggantikan tempatmu di band ini, dan kami berharap semua baik-baik saja.’ Saya masih muda dan ego saya masih tinggi. Saya bisa melalui semua, dan kami tetap memelihara pertemanan, karena saya masih memikirkan Malfunkshun. Selanjutnya, band baru ini dilirik label dan semuanya seperti bola salju buat mereka. Semuanya berjalan begitu cepat. Tidak ada lagi Malfunkshun. Tidak ada waktu untuk itu.
Photos are taken from Pearl Jam Twenty Book/Words are the translation of Pearl Jam Twenty Book/ copyrights belong to the author of the book.
Kembali ke daftar isi

Comments

Popular posts from this blog

Karya Besar Vincent van Gogh

Yang Muda Berhaji

11 Lagu Wajib Anak Tongkrongan Depan Gang Tahun 90'an