Bersenang-Senang di Pearl Jam Nite VIII


18 januari 2014, notifikasi di Blackberry saya mengatakan kalau hari itu saya harus menghadiri sebuah acara yang telah saya sediakan waktu khusus dalam jadwal sejak awal saya diberitahukan lewat berbagai media ihwal acara tersebut. Pearl Jam Nite adalah acara yang mampu menggeser acara-acara lainnya dalam agenda saya.

Terus terang saya awalnya agak kaget mendengar kabar akan diadakan acara Pearl Jam Nite ini, karena biasanya acara ini dibuat dengan persiapan berbulan-bulan dan pembahasan yang panjang di miilis maupun melalui pertemuan-pertemuan di warung kopi. Hal itu disebabkan karena PJID memang amatir dalam membuat acara, karena PJID bukan event organizer. Beruntung sekali PJN kali ini diorganize oleh event organizer profesional ternama: EITS production didukung happyfy, blackrock, rolling stone dan juga tidak kalah penting dukungan tenaga, moral dan spiritual dari komunitas pjid.

Sejak jam 12.30 saya sudah meluncur dari rumah untuk menuju PJN VIII dengan niat untuk memberi dukungan kepada duet uwie dan shahreza yang didapuk jadi pembuka acara ini. Mereka melakukan finalisasi persiapan di sebuah studio di kawasan ragunan. Setelah dirasa cukup, kami semua meluncur ke venue di jalan ampera raya pada pukul 15.00.Sampai di venue, terlihat kesibukan persiapan acara. Jadwalnya memang beberapa band akan melakukan soundcheck sore itu.

Pukul 5 sore, venue sudah siap untuk menerima tamu. Satu per satu pengunjung datang, beberapa saya kenal, beberapa juga tidak.

Tepat sepuluh menit sebelum acara dimulai, Uwie dan Shahreza diberi kode untuk segera bersiap-siap. Kode itu terpaksa menghentikan diskusi ngalor ngidul kami di sebuah meja tentang freemason, dajjal, dan agama yang sore itu dimoderatori oleh seorang personel Perfect Ten. Haha.

Duet Uwie, seorang (mantan) gitaris bittertone, band kenamaan PJID yang sempat mengobrak-abrik kancah pearl jam nite dan acara lainnya di PJID, dan Shahreza, seorang vokalis yang tidak pernah punya band tetap selama mengisi acara-acara pjid, bersiap-siap untuk membuka acara. 


Membuka dengan lagu getwaway, track pertama di album Lightning Bolt, membawa suasana optimis di venue yang saat itu baru dihadiri beberapa orang saja. Lagu selanjutnya yang dipilih oleh duet ini adalah sebuah lagu yang jadi hidden track di akhir lagu bee girl yang diberi nama 4/20/02. Sebuah lagu untuk mengenang seorang kawan baik Pearl Jam, Layne Stanley. 

Duo ini kemudian menggeber the Fixer, sebuah lagu dengan birama berubah-ubah dari album backspacer. Set diakhiri dengan sebuah lagu the Who yang pernah di cover Pearl Jam, Love Reign O'er Me. Setlist yang dibawakan duo ini menurut saya sedikit ambisius, mereka menginjak pedal gas sampai maksimal. Mereka cukup membuktikan bahwa mereka tidak takut untuk memberikan yang terbaik. Saya cuman bisa bilang kalau saya beruntung untuk tidak melewatkan penampilan mereka ini.


Band kedua yang tampil selanjutnya adalah pasukan penggemar Pearl Jam paling militan seantero jagat: band Bandung Lost Dogs yang jauh jauh dari Bandung mencarter sebuah mobil elf bersama pendukung mereka untuk bisa menghadiri acara ini. Bahkan dulu waktu PJN VII diadakan di Cirebon merekan menyewa sebuah bus! Sangat disayangkan bila sudah ada di Jakarta dan sekitarnya untuk tidak menghadiri acara ini dengan tanpa udzur.

Seperti telah menyiapkan segalon bensin sebelumnya, mereka langsung membakar panggung. Menyulut api pertama dengan lagu Corduroy yang diteriakkan dengan lantang oleh sang vokalis. Lagu-lagu lain yang dibawakan diantaranya dari album Backsapacer ada Unthought Known dan Force of Nature, dari album Lightning Bolt mereka mambawakan, lagu yang sama dengan judul albumnya, Lihgtning Bolt. Ada juga lagu Crazy Mary, sebuah lagu dari Victoria William yang dicover Pearl Jam. Porch dibawakan dengan sangat liar terlihat dari beberapa foto vokalis yang saya jepret gagal mengontrol muka mereka di depan kamera.  Beberapa lagu lainnya saya lupa. Total sekitar 7 lagu dibawakan Bandung Lost DogsMeski tidak sampai hangus, mereka cukup membakar panggung.

Sebelum penampil berikutnya di panggung terlihat dua orang dari PJID, Eko dan Helman bercerita tentang RVM, majalah komunitas PJID yang mulai edisi ketiga dicetak hanya lewat format digital yang terus terang saya juga belum membelinya. Helman bercerita sekelumit tentang sejarah PJID.


Sesuai dengan jadwal, performer selanjutnya adalah Perfect Ten. Saya fikir Perfect Ten Sudah terlalu biasa buat saya dan anak-anak PJID. Mereka menyuguhkan Pearl Jam dengan baik seperti biasanya. Mereka juga membawakan lagu istimewa kesukaan saya seperti whipping, satans bed, hail-hail dan do the evolution. Perfect Ten didukung tak kurang dari 4 vokalis malam itu, Hasley, Deddot, Razak dan satu vokalis lain yang mengejutkan saya yang waktu itu mengambil gambar dari atas, terdengar suara yang mirip sekali dengan Eddie Vedder sedang membawakan Why Go, saya tidak tahu itu siapa. Hingar-bingar lagu-lagu yang dibawakan memancing sebagian besar penonton merangsek memenuhi space kosong sekitar dua meter di depan panggung untuk sekedar berteriak atau sedikit bergoyang.

Mengisi waktu ketika band selanjutnya bersiap-siap, di panggung terlihat khrisna dari Blackrock dan Farry dari PJID menerangkan tentang upaya dan harapan untuk menghadirkan Pearl Jam di Indonesia.


Giliran Mind Charger mendinginkan suasana. Beberapa penonton langsung duduk, beberapa sedikit mundur dari bibir panggung dan menenangkan diri. Beberapa lagu seperti severed hands dan Light Years dengan format akustik semacam musik yang sering di setel di ruang-ruang tunggu menggoda penonton untuk bernyanyi bersama. 

Track galau dari album Lightning Bolt, Sirens dengan  kontan menghanyutkan perhatian penonton. Ditambah guyuran hujan yang belum berhenti, yang membuat beberapa dari kami membendung tetesan air mata. 

Yang menjadi malam itu sukar dilupakan adalah penampilan seorang penyanyi cantik dan bersuara yang meninabobokan, Lala Karmela. Kontan saja kehadirannya membuat semua orang menyalakan kamera, smartphone, dan semua barang yang bisa digunakan untuk mengabadikan gambar dan video. Rupannya inilah tamu misterius kita malam itu. 

Malam itu lala membawakan lagu Daughter. Terus terang saja rasa haus saya mendadak hilang, diganti dengan kesegaran dari alunan suaranya. Ditambah lagi saya mendapatkan hadiah kejutan berupa CD album terbaru Lala lengkap dengan ucapan dan tanda tangannya.

Sonic Wood yang ditunjuk sebagai penampil pamungkas seolah baru bangkit dari kubur setelah sekian lama menghilang dari dunia Pearl Jam Nite. Energi mereka seperti baru lahir saja. Lagu demi lagu dibawakan dengan lantang dan menyihir. Tidak memberikan kesempatan kepada penonton untuk mencari cela. Mereka sibuk menikmati malam itu. Sangat sibuk. 


Sonic Wood seperti menyalurkan energi mereka yang dahsyat kepada penonton. Sonic Wood yang Memfeature beberapa bintang tamu seperti Fadly dan Rindra Padi dan Che Cupumanik semakin membuat penampilan mereka sangat enak dinikmati.

Ketika waktu menunjukan pukul 11 malam, semua keriaan di panggung harus berakhir. Bersyukur atas hujan yang terus mengguyur, memberikan kesempatan bagi tamu-tamu yang datang malam itu untuk bercengkrama dan bertukar cerita atau sekedar berjabat tangan dan menyapa. Karena lelah dan kantuk yang mulai menyerang, di tengah hujan lebat, saya  memaksa pulang ditemani teman saya Faizal Jam dan Lala Karmela. What a Night!

Comments

Popular posts from this blog

Karya Besar Vincent van Gogh

Yang Muda Berhaji

11 Lagu Wajib Anak Tongkrongan Depan Gang Tahun 90'an